Rabu, 17 Juli 2024

Bom Waktu Cedera Mengintai di Balik Layar Esport: Kapan Fisioterapi Bertindak?


Disusun Oleh : 
Samiyem dan Ajeng Adela Selandani
Mahasiswi Fisioterapi 2022 


     Esport menjadi cabang olahraga yang sangat populer baru-baru ini. Banyak sekali event pertandingan esport dari skala nasional hingga internasional. Salah satu contoh event skala nasional seperti piala presiden 2019 dan skala internasional seperti Liga Call of Duty 2016, kejuaraan The International 8, Kejuaraan Dota 2 Asia, dan Kejuaraan Dunia League of Legends 2018. Esport menarik minat dari berbagai kalangan, dari remaja hingga dewasa, terutama pria. Di Asia jumlah pemain esport pada tahun 2019 yaitu 64,67% dari total pemain di dunia, yang mencapai 778 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa esport telah menjadi bagian penting dari budaya permainan modern.
     Di balik minat terhadap esport yang meningkat pesat, olahraga ini dapat menyebabkan berbagai masalah fisik. Para pemain esport sering kali menghadapi tantangan dalam menjaga kesehatan fisik karena duduk dalam waktu yang lama sehingga timbul masalah, seperti low back pain dan kifosis. Hal ini terjadi karena para pemain esport mempertahankan posisi postur yang tidak ergonomis sehingga pada atlet esport memiliki postur yang jauh lebih buruk daripada non atlet. Atlet esport juga rentan terkena cedera tangan, seperti carpal tunnel syndrome dan dequirvein syndrome. Oleh sebab itu, perhatian ekstra sangat diperlukan terhadap manajemen postur dan kesehatan fisik pada komunitas esport.
  Realitanya, studi terkait aktivitas esport dan dampaknya terhadap masalah fisik mengambil sampel yang umumnya dari remaja non-atlet esport profesional. Mayoritas penelitian hanya memfokuskan pada durasi dan frekuensi bermain, sedangkan penelitian yang mendalami keseluruhan aktivitas, termasuk frekuensi, intensitas, dan durasi, masih sangat terbatas. Ini menjadi informasi penting bagi fisioterapi, yang memiliki peran krusial dalam mengurangi risiko cedera, mencegahnya, melakukan intervensi, dan rehabilitasi, terutama dalam konteks olahraga elektronik. Dengan kurangnya penelitian yang menyelidiki secara komprehensif terkait semua aspek aktivitas saat bermain game online dan dampak yang ditimbulkan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
     Sejalan linear dengan Keputusan Kemenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/1077/2024 yang tercantum dalam daftar keterampilan fisioterapi pada poin terapi latihan 131 sampai 176, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan memiliki peran dalam menyelesaikan permasalahan fisik pada atlet esport. Bentuk pelayanan yang diberikan oleh fisioterapi adalah latihan kontrol postur, massage, dry needling, neuromuskular dan Myofascial Release Therapy (MRT) terkait dengan gerak dan fungsi. Fisioterapi memegang peran krusial dalam menangani permasalahan pada esport, apabila atlet esport tidak ditangani maka akan menyebabkan permasalahan penyakit yang lebih kompleks khususnya pada postur. Upaya preventif dan edukasi sangat perlu dilakukan untuk mengurangi risiko cedera pada esport.
  Studi yang dilakukan oleh Peake et al., 2021 menunjukkan bahwa pendekatan menyeluruh dari promotif hingga kuratif terhadap kesehatan fisik, termasuk fisioterapi, dapat meningkatkan kinerja secara keseluruhan bagi pemain esport. Pemberian edukasi kepada pemain esport mengenai manfaat fisioterapi preventif menjadi langkah penting dalam memastikan kesehatan mereka tetap terjaga di tengah lingkungan permainan yang sering kali menuntut tingkat intensitas dan kompetitif yang tinggi. Di samping itu, adanya perawatan fisioterapi secara teratur juga dapat memperpanjang karier pemain esport dalam dunia kompetitif dan menjaga kebugaran jangka panjang. Peran aktif fisioterapi ini dapat meningkatkan performa dan kesehatan pemain esport.
    Namun, belum ada standar protokol yang secara spesifik dirancang untuk pemain esport sehingga peran aktif fisioterapi belum maksimal. Solusi dapat dilakukan dengan melakukan adaptasi prinsip-prinsip fisioterapi yang telah terbukti efektif dalam olahraga lain, yang melakukan aktivitas dengan posisi duduk jangka panjang. Dengan demikian, protokol fisioterapi yang spesifik untuk pemain esport belum sepenuhnya mapan, literatur dan penelitian yang ada memberikan landasan yang penting untuk pengembangan lebih lanjut dalam upaya mencegah cedera dan mempertahankan kesehatan mereka. Hal ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan protokol yang lebih spesifik dari segi efektivitas intervensi fisioterapi maupun identifikasi faktor risiko dan strategi pencegahan yang lebih efektif.
     Berdasarkan permasalahan tersebut, maka solusi yang dapat diusulkan untuk meningkatkan peran fisioterapi dalam mendukung kesehatan dan kinerja pemain esport, harus didasarkan pada literatur dan penelitian yang sudah ada. Meskipun masih diperlukan lebih banyak penelitian dan pengembangan untuk memaksimalkan peran fisioterapi dalam esport, literatur yang ada menunjukkan bahwa integrasi fisioterapi dalam perawatan rutin dapat memberikan manfaat signifikan dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan performa pemain esport.
    Penting untuk meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang peran penting fisioterapi di kalangan pemain esport, manajer tim, dan pelatih. Fisioterapi bisa menyediakan informasi yang jelas tentang manfaat fisioterapi dalam mencegah cedera dan meningkatkan performa dapat membantu mengubah paradigma dan memotivasi penggunaan secara rutin. Studi-studi ini memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk mengembangkan praktik dan protokol fisioterapi yang lebih baik untuk industri esport. Dengan mengadopsi pendekatan ini, diharapkan peran fisioterapi dalam memberikan intervensi dan edukasi dalam mendukung kesehatan dan kinerja pemain esport dapat ditingkatkan secara signifikan.

REFERENSI

Iqbal, M., & Simamora, Y. (2024). Analisis Trend Perkembangan E-Sport dalam Pendidikan Olahraga. Jurnal Tunas Pendidikan, 6(2), 451-457.

Khudzaifah, K., Kristiyanto, A., Aprilijanto, T., & Riyadi, S. (2023). Analisis Esport Sebagai Cabang Olahraga Baru. Prosiding Simposium Nasional Multidisiplin (SinaMu), 4, 416-423.

Nggi, R. I. (2024). Aksiologi Aksiologi Game Mobile Legends Bang Bang Sebagai Olahraga Non Fisik di Kota Kupang. Jurnal Prestasi Olahraga, 7(3), 176-181.

Palma-Ruiz, J. M., Torres-Toukoumidis, A., González-Moreno, S. E., & Valles-Baca, H. G. (2022). An overview of the gaming industry across nations: using analytics with power BI to forecast and identify key influencers. Heliyon, 8(2).

Sulistyaningsih, S., & Putri, A. R. H. (2020). Myofascial Release Menurunkan Nyeri dan Meningkatkan Fungsional Leher Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius. Jurnal Keterapian Fisik, 5(2), 122-131.

Menilik Sejauh Apa Fisioterapi sebagai Edukator “Doping” dalam Olahraga

 

Disusun Oleh : 

Samiyem dan Ajeng Adela Selandani

Mahasiswi Fisioterapi 2022


     Dunia olahraga tidak hanya tentang menitikberatkan keringat dan dedikasi, tetapi juga tentang ambisi serta pertarungan yang sengit untuk mencapai puncak kemenangan prestasi. Sayangnya, ambisi tersebut mendorong atlet untuk menempuh jalan pintas yang terlarang yaitu penggunaan doping. Praktik terlarang ini bagaikan pisau bermata dua, meningkatkan performa instan di satu sisi, namun memiliki bahaya kesehatan dan melanggar nilai-nilai sportivitas. Pada tahun 2020 tercatat 1.923 pelanggaran aturan doping di seluruh dunia hingga tahun 2018 (WADA, 2020). Berdasarkan kasus tersebut, dunia olahraga kehilangan esensinya dalam menjembatani sportivitas permainan olahraga.

     Di tengah gejolak isu doping yang tengah meluap, fisioterapi hadir sebagai sekutu penting dalam menjaga integritas dan kesehatan para atlet. Fisioterapi sebagai edukator mengenai isu doping, dengan latar belakang pemahaman yang mendalam tentang doping, fisioterapi seharusnya dapat memainkan peran krusial ini. Dimana fisioterapi dapat ikut serta sebagai figur perantara anti-doping pada atlet.

     Namun, realitas berkata lain, fisioterapi memiliki pengetahuan yang minim terhadap permasalahan doping. Hal tersebut dibuktikan dengan menilik sedikitnya pembahasan-pembahasan seperti diskusi, workshop, seminar mengenai doping dalam fisioterapi. Pembuktian yang kedua adalah pada mata kuliah fisioterapi olahraga yang belum menyentuh aspek operasional mengenai doping, kurikulum hanya berfokus pada materi rehabilitasi pasca cedera olahraga. Dampaknya, fisioterapi belum cukup kompeten untuk mengidentifikasi dan menangani potensi doping, edukasi dan pencegahan doping yang terhambat, serta peran fisioterapi dalam isu fisioterapi menjadi kabur.

     Realitas yang ada tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh World Confederation for Physical Therapy (WCPT) pada pasal 2.1 sampai 2.5 dan Peraturan UUD Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 pasal 34 sampai dengan 36. Pertama, pasal 34 tentang olahraga harus diselenggarakan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, fair play, dan kemanusiaan. Kedua, pasal 35 Doping dalam olahraga dilarang. Ketiga, pasal 36 tentang Pemerintah, Komite Olimpiade Indonesia, Komite Olahraga Nasional Indonesia, dan organisasi cabang olahraga bertanggung jawab untuk mencegah dan memberantas doping dalam olahraga. Secara garis besar pasal tersebut menjelaskan peranan fisioterapi harus menghindari praktik yang membahayakan kesehatan. Fisioterapi juga dinilai harus memberikan pelayanan yang aman sesuai dengan standar profesi bagi atlet sehingga tetap menjaga etika, nilai-nilai dan kode etik fisioterapi. Dalam pemahaman WCPT tersebut fisioterapi seharusnya menjadi edukator tentang doping pada atlet dan masyarakat luas.

     Setiap hukum yang diberlakukan memiliki sanksi apabila tidak ditaati. Sanksi yang didapatkan yaitu atlet yang menggunakan doping dilarang bertanding (Bagaskhara & Untung, 2024). Sanksi tersebut sangat berat bagi atlet, apalagi dengan usaha yang dipersiapkan sebelum pra-pertandingan. Inilah pentingnya fisioterapi sebagai edukator doping dalam olahraga untuk menghindari sanksi yang sangat fatal bagi atlet. Urgensi peran fisioterapi sebagai edukator harus bisa mempertahankan nilai sportivitas di dunia olahraga. Oleh sebab itu, fisioterapi turut andil dalam memberikan preventif dan edukasi di dunia olahraga. Perlunya upaya konkrit dalam mendukung pengetahuan fisioterapi dan generasi selanjutnya seperti mahasiswa fisioterapi dalam menambah kapasitas keilmuan mengenai doping.

     Integrasi pembelajaran mata kuliah fisioterapi olahraga mengenai doping menjadi upaya konkrit untuk menambah kapasitas keilmuan mengenai doping, adanya kurikulum ini sebagai wadah untuk membekali pengetahuan doping bagi mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut tidak hanya sebagai bekal pengetahuan, tetapi juga dapat menambah khasanah penelitian mengenai doping sehingga menjadi wahana untuk pembaharuan ilmu dalam isu doping. Oleh sebab itu, selama integrasi pembelajaran tetap berjalan, doping tidak akan redup untuk diperbincangkan sehingga terealisasinya dunia olahraga dengan sportivitas tinggi.

     Selain fokus pada pendidikan, kegiatan penyuluhan seperti seminar, webinar, dan workshop juga harus mulai membahas isu doping. Hal tersebut dapat memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui isu doping dari ahlinya. Tidak hanya berfokus pada masyarakat, fisioterapi juga dapat memperbarui pengetahuan di luar pendidikan formal dan sarana ekslusifitas isu doping secara merata. Fokus yang harus disampaikan pada penyuluhan adalah topik terbaru tentang doping, termasuk metode identifikasi potensi doping pada atlet, edukasi doping pada atlet, dan peran fisioterapi dalam pencegahan doping. Edukasi pada atlet yaitu solusi penggunaan doping dengan latihan endurance VO2 maks. Sejalan dengan penelitian Prananda, Y., & Yanti, N. (2021), salah satu cara untuk meningkatkan stamina atlet khususnya pada endurance adalah peningkatan kemampuan VO2 maks yang berhasil secara signifikan meningkat 23.25% dari kemampuan sebelumnya.

     Dalam mencapai masa depan olahraga yang bersih dan sinergis, diperlukan upaya kolektif dan komitmen bersama dari berbagai pihak. Fisioterapi olahraga perlu memperkuat edukasi dan komitmen terhadap kode etik fisioterapi. Pemahaman yang mendalam tentang doping dalam fisioterapi perlu ditanamkan agar terciptanya nilai-nilai yang menjunjung tinggi sportivitas. Sebuah kunci untuk masa depan olahraga dengan menjaga integritas dan sportivitas demi prestasi yang gemilang dan bebas dari bayang-bayang doping. Dengan upaya multiprofesional dan kerjasama dari berbagai pihak, fisioterapi dapat memainkan peran vital dalam memerangi isu doping dan menciptakan era olahraga yang bersih, adil, dan sportif.


REFERENSI

Ana, M. C. (2023). Kepastian Hukum Terhadap Perlindungan Perusahaan Industri Sepatu Olahraga Terkait Fenomena Doping Teknologi Di Kalangan Atlet Lari Di Bidang Olahraga Atletik (Doctoral Dissertation, UNS (Sebelas Maret University).

Bagaskhara & Untung, S. (2024). Penyalahgunaan Narkoba Sebagai Doping pada Atlet Olahraga dalam Perspektif Teknik Netralisasi. Journal of Multidisciplinary Research and Development, 724-250, 6(4).

Budiawan. (2020). Doping dalam Olahraga. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 

Eduansyah, F., Nuzuli, N., & Mansur, M. (2020). Upaya Pencegahan Penggunaan Doping Pada Atlet Cabang Olahraga Angkat Besi Binaan Koni Aceh Tahun 2019. Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, 6(2).

Ikrom, F., 2022. Efforts To Prevent The Use Of Doping Through Learning Of Physical Education (Penjaskes). Jurnal Pelita Ilmu Keolahragaan, 2(1).

Sepriani, R. (2023). Pengembangan Model Edukasi Anti-Doping Berbasis Web (Edu-ADBW) dengan Bantuan Media edukasiantidoping. com untuk Meningkatkan Pengetahuan Anti-Doping Atlet Olahraga Prestasi (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang).

Rubianti, V. S. S. (2024). Urgensi Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Pengguna Doping. Jurnal BATAVIA, 1(02), 61-71.