Kamis, 29 September 2022

 KARTINI’S REFLECTION; CINTA UNTUK HAL-HAL YANG SEDERHANA

Oleh: Tsani Khoirun Niswatin (UMS)

Sebelum tahun 1900 an, sejarah mencatat bagaimana seorang wanita diperlakukan tidak adil pada masa itu. Seperti yang kita ketahui, zaman dulu posisi perempuan kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. RA Kartini, merupakan salah satu tokoh wanita yang berpengaruh untuk kemajuan bangsa karena perjuangan dan pemikirannya untuk keadilan perempuan. Dalam hal ini, Kartini dikenal sebagai tokoh pelopor kesetaran gender bagi kaum perempuan. Kesetaraan gender sendiri dipahami sebagai suatu pandangan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki drajat yang sama tanpa memandang apapun, mereka memiliki status yang sama untuk mewujudkan impian mereka. 

Selain dikenal sebagai tokoh pelopor kesetaran gender, RA Kartini juga dikenal sebagai orang yang sederhana dan dermawan. Terlahir sebagai keturunan bangsawan, RA Kartini tak menjadikan dirinya sombong ataupun angkuh. Dia bahkan membenci tindakan bangsawan lain yang menggunakan posisi dan pangkatnya untuk menindas orang-orang yang status dan drajat mereka berada di bawahnya. Menurut Kartini, kesederhanaan dan kebijaksanaan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan di masa mendatang. 

Dalam perjuangannya untuk pendidikan, RA Kartini menjadi pengajar untuk anak- anak yang tidak seberuntung dirinya agar mereka tetap mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan merupakan bagian penting dalam suatu peradaban. Konsep pendidikan menghadirkan pemahaman baru terhadap suatu objek atau materi. Pendidikan juga dapat menciptakan generasi muda terdidik dengan perilaku dan pola pikir berbeda antar individu. Seperti halnya yang diyakini oleh Kartini, bahwa kesederhanaan merupakan hal yang penting. Sifat sederhana ini bisa kita terapkan dengan memperhatikan hal-hal kecil di sekitar kita, meningkatkan rasa empati dan kasih sayang dengan sesama, tidak bersikap sombong, serta peduli dengan orang-orang yang ada disekitar. 

Oleh karenanya, meneladani dari sifat RA Kartini kita sebagai manusia haruslah bersikap sederhana dan saling mengasihi antar satu dengan yang lain. Kita semua tahu,bahwa tak jarang orang mencintai kita apa adanya, dan tak jarang pula orang mencintai kita karena perbuatan kita. Meskipun begitu, kita harus selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk orang-orang disekitar kita.

Babak Baru Refleksi Perjuangan Kartini

 Babak Baru Refleksi Perjuangan Kartini

oleh Salsabila Safirana Wibisono (UIN Walisongo Semarang-Komisariat Paripatetik)

Kartini telah menjadi sosok yang namanya selalu abadi dalam sanubari para perempuan Indonesia. Ialah pelopor emansipasi wanita yang selalu digaungkan namanya setiap tanggal 21 April. Kartini merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan sekaligus membangkitkan kualitas hidup perempuan. Berkatnya tercipta kesetaraan antara perempuan dan laki-laki baik dalam memperoleh kesempatan belajar, berkarir, berpendapat dan berkarya. Berkatnya pula semakin ramai perempuan Indonesia yang sadar akan haknya dalam mendapat akses dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Sehingga para perempuan Indonesia tak lagi terkekang dengan tuntutan kuno yang mengharuskan mereka menjadi ibu rumah tangga dan mengurus pekerjaan rumah.

Hal itulah yang menciptakan kesenjangan sosial antara perempuan dan laki-laki zaman dahulu. Mereka terkurung oleh adat yang selanjutnya menjadi kodrat. Namun kini kita tahu bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan satu-satunya cita-cita. Kartini telah membuka ruang baru bagi para wanita Indonesia untuk menjadi apa yang mereka mau. Karena sejatinya setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama dalam menjadi penggerak, menyampaikan opini dan gagasan, serta menyalurkan bakatnya. Emansipasi ini selanjutnya tidak hanya bicara soal kesetaraan, tapi bagaimana perempuan bisa menjadi panutan dan inspirasi yang berguna bagi lingkungan sekitarnya.

Namun hingga sekarang, tak sedikit kajian yang menyebutkan bahwa perempuan termasuk dalam golongan rentan yang masih sering mendapat masalah seperti kemiskinan dan kekerasan. Bahkan Komnas Perempuan pada Maret 2022 menyebutkan bahwa telah terkumpul sebanyak 338.496 kasus kekerasan berbasis gender (KBG) terhadap perempuan. Stigma-stigma buruk yang masih mengakar dan berkembang di kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga membuat perempuan menjadi pihak yang selalu salah dan mengalah. Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir? Kenapa pilihan tersebut seakan menganggap jika perempuan memilih salah satunya maka ia akan mengorbankan yang lainnya? Padahal di era modern ini sudah seharusnya perempuan terus bangkit untuk berkontribusi dalam berbagai bidang dan dengan berbagai cara. Maka dari itu dukungan dari kebijakan dan lingkungan seharusnya ikut mendorong perempuan untuk memaksimalkan perannya.

Era digital menjadi babak baru bagi keberlanjutan emansipasi wanita. Dunia digital tidak memiliki batas, tapi para wanita Indonesia hendaknya sadar dan tetap bisa membatasi diri dengan norma agama dan budaya. Karena kemudahan akses internet seringkali membuat lalai. Oleh karena itu melek teknologi harus diimbangi dengan pemahaman literasi digital, bukan hanya mengoptimalkan daya guna melainkan juga bijak dalam penggunaannya. Perempuan hendaknya lebih arif dalam memaknai perjuangan emansipasi Kartini. Jangan sampai perempuan yang ditampilkan media menjadi sorotan negatif dan menyimpang dari apa yang dicita-citakan Kartini. Sudah saatnya perempuan membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan agar keberadaannya tidak dipandang sebelah mata dalam setiap segi kehidupan.


 Pengutamaan Pendidikan Dalam Menghadapi Masa Demografi Dalam

Pemikiran Raden Ajeng Kartini

oleh Rini Adiningtyas (UNIMUS IMM ASY SYIFA)

Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh feminis pertama yang ada di Indonesia, dimana telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional. Kartini adalah seorang pejuang kemerdekaan bagi perempuan. Perjuangan kartini paling keras adalah dalam bidang pendidikan, karnadengan keyakinan kartini bahwa pendidikan itu adalah alat yang penting yang menjadi satu-satunya cara dalam menganggkat drajat perempuan dalam membangun peradapan. Pemikiran kartini mengenai pendidikan merupakan reaksikritis atas setiap permasalahan yang dihadapinya berdasar pengalaman edukatif yang diperoleh sehingga melahirkan konsep praktis tentang pendidikan perempuan. Perjuangan kartini bukan sebatas ide , karna kartini telah berani melangkah , dengan membuka sekolah perempuan meski bertentangan dengan adat. Akibat selanjutnya perjuangan kartini menjadi stimulan pengembangan pendidikan islam yang mengalami perkembangan sangat cepat dengan tumbuhnya sekolah-sekolah perempuan dan kemajuan pemikiran islam dengan tumbuhnya berbagai organisasi keagamaan serelah wafatnya kartini. Peringatan hari kartini, diambil dari hari kelahirannya, dimulai saat penetapan presiden soekarno mengeluarkan keputusan presiden No. 108 Tahun 1964yang menetapkan kartini sebagai pahlawan nasional dan sekaligus menetapkan hari lahirnya 21 April sebagai Hari Kartini. Poin penting dalam kehidupan kartini adalah cara pandang, dan kepeduliannya terhadap kaum perempuan yang sedang tertindas oleh budaya partirarki.

Indonesia diprediksikan akan menikmati Demografi yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya resiko ketergantungan penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur emungkinkan demografi tercipta karna meningkatnya suplai angkatan kerja, tabungan dan kualitas sumber daya manusia. Demografi tidak dapat diraih melainkan adanya upaya dengan arah kebijakan yang tepat. Hal yang dapat dilakukan tercakup dalam berbagai bidang diantaranya : Business. Keterlibatan dunia usaha. Harus diakui dunia usaha yang berkembang pesat, khususnya dunia industri mebeler. Namun demikian, peranan pengusaha tersebut belum terlihat—jika tidak dikatakan nihil—dalam pencerdasan warga masyakarat. Indikatornya, dana CSR (Corporate Social Responsibility) belum (tidak) pernah terarah di sektor pemberdayaan masyarakat secara nyata, khususnya di dunia pendidikan. Padahal, jika dana CSR dunia usaha menyasar di bidang pendidikan dampaknya sangat nyata. Di area inilah pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong, sekaligus membuat kebijakan agar dana CSR perusahaan Jepara tepat guna menyasar ke dunia pendidikan, dan sosial kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian, paguyuban pengusaha, asosiasi pengusaha, dan lainnya perlu diarahkan untuk ikut aktif dalam mengisi, dan turut serta mematangkan demografi masyarakat.

Civil Socity. Keterlibatan masyarakat. Peran aktif masyarakat sangat menentukan dalam menyiapkan demografi. Utamanya, kesadaran warga masyarakat dalam meningkatkan kapasitas, kualitas, dan daya saing generasi mendatang. Cara pandang masyarakat pada umumnya yang menganggap “remeh pendidikan‟ harus diubah. Polarisasi yang berkembang di masyarakat luas, “buat apa sekolah, paling-paling hanya menjadi tukang kayu harus disadarkan, sekaligus diluruskan. Berbagai kebijakan dan teroosan perlu segera diretas mendorong, menjebatani,menginisiasi, memfasillitasi dan mengapresiasi dunia academic, business, dan civil socity secara stimulan harus segera dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam konteks yang luas , buah dari refleksi R.A Kartini pada hakikatnya adalah bagaimana kaum muda mampu berperan aktif dalam berbagai bidang sesuai kapasitas masing-masing. Tanpa membedakan jenis kelamin, kulit, status sosial, suku, ras, dan agama. Ketokohan R.A kartini tidak hanya sebagai icon, sekaligus pejuang emansipasi perempuan , tetapi simbolperlawanan sepanjang masa. Percepatan dan kematangan terwujudnya demografi harus diwujudkan melalui kerja sama dari berbagai pihak baik academic, business, civil socity maupun goverment.

Pendidikan merupakan hak semua manusia, baik laki-laki mapun perempuan. Namun, pada realitanya jumlah perempuan lebih sedikit dibanding pria. Hal ini salah satunnya disebabkan oleh budaya tradisional yang bersumber pada konsep dari perempuan dan laki-laki secara tipikal atau stereotip gender. Hal yang menarik adalah telah terjadi pemberontakan kebudayaan dalam skala kecil pada abad ke 29 oleh gadis bernama kartini,melalui surat-surat kartini kemudian diterjemahkan oleh Armin Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan suatu pena yang menggambarkan perjuangan seorang perempuan dengan cara yang dimaksud tertentu yang diharapkan bisa memotivasi perempuan muslim, khususnya perempuan Indonesiapada umumnya untuk berjuang bersama-sama mendapatkan hak-hak dan perananya sebagai individu dan masyarakat dalam segala bidang dari keterpurukan  kepada peradaban dan bermakna melalui pendidikan. Hingga kini perempuan selalu terdiskriminasikan dalam segala bidang hal termasuk pendidikan.

 Kartini Hanyalah Biografi.

oleh Hesti Awandani Pangestu (PK IMM Prof Hamka)

Berbicara tentang perempuan menjadi suatu narasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini berdasarkan beberapa stigma yang disematkan khalayak umum terhadap perempuan. Seperti halnya yang dialami oleh perempuan di era sebelum abad ke-20. Dimana peran dan posisi perempuan pada masa itu hanya selesai pada aktivitas yang berkaitan tentang kasur, sumur, dan dapur. Maka dengan latar yang memprihatinkan tersebut membuat RA Kartini bertekat untuk memperjuangkan emansipasi wanita. 

Mengulas di era sebelum abad ke 20 keadaaan masyarakat Indonesia yang mengabaikan harkat martabat perempuan, menganggapnya lemah dan menjadikan perempuan sebagai objek gairah semata. Tak cukup itu, bahkan perempuan juga dilarang untuk berpendidikan [hanya anak pejabat atau pegawai pemerintah] yang boleh mengenyam pendidikan, itupun juga dibatasi bagi kaum perempuan. Maka, urgensi daripada emansipasi wanita hari ini mungkin lebih cenderung pada menekan angka kekerasan terhadap perempuan. Menurut data Komnas Perempuan 2022 tercatat 338.496 kasus kekerasan berbasis gender [KBG] kepada perempuan. 

Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini, lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan wafat pada tanggal 17 September 1904 di Rembang. Beliau merupakan sosok wanita pribumi yang dilahirkan dari keturunan bangsawan. RA. Kartini adalah purti dari R.M.A.A. Sosrodiningrat dan M.A. Ngasiroh. R.A Kartini menikah pada umur 24 tahun dengan Bupati Rembang K.R.M Adipati Ariyo Singgih Djojo Adhiningrat. RA Kartini merupakan tokoh emansipator Indonesia yang semasa hidupnya memperjuangkan hak wanita [kesetaraan]. Dengan keberanian dan tekad yang kuat serta cita-cita luhurnya mampu mendobrak kebodohan dan kenekan paham diskriminasi.

Hari Kartini ialah hari untuk mengenang sosok luar biasa dalam diri R.A Kartini sebagai pahlawan perempuan dan tokoh emansipasi wanita. Maka dari itu, inilah momentum dimana sosok Kartini itu hadir dalam insan perempuan pada hari ini. Sebagai bentuk konkrit adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. 

Bila dipandang dari kacamata gender bahwa hari ini kesetaraan itu memang telah diperoleh perempuan. Terbukti tidak sedikit perempuan hari ini yang mampu bersaing dan menduduki kursi penting di negeri ini. Namun, merdeka dalam pemikiran masih menjadi tumpang-tindih. Pentingnya pendidikan juga masih dipertanyakan. Terlebih lagi budaya  patriarki masih kental mengakar pada setiap lini kehidupan masyarakat saat ini. Dan maraknya kasus pelecehan terhadap perempuan. Tantangan Kartini masa kini akan jauh lebih berat, karena Kartini masa kini harus berjuang mempertahankan eksisitensi daripada kesetaraan tersebut. Terlebih di dunia pendidikan.

Mengingat perempuan adalah ibu dan ibu merupakan madrasah pertama bagi anak- anaknya, oleh karenanya pendidikan bagi perempuan tidak hanya sekedar perlu, tetapi patut  mendapat perhatian lebih. Bagaimanapun bentuk pendidikannya, keluarga merupakan aspek utama. Dan perempuan mempunyai peranan yang cukup signifikan didalamnya. Agar Kartini tidak hanya sekedar biografi, maka perempuan memiliki peran untuk membangkitkan semangat Kartini hari ini dalam upaya bagaimana sosok perempuan itu dapat menginspirasi perempuan lainnya dan mampu menjawab keadaan mengenai problematika budaya patriarki.

Jumat, 23 September 2022

Intelektual Profetik, Jembatan Menuju Terciptanya Kartini Masa Kini

 Intelektual Profetik, Jembatan Menuju Terciptanya Kartini Masa Kini


Oleh Hasna Nur Alfiana


            Mayong, tempat pioneer kesempurnaan emansipator wanita mengeluarkan tangis pertamanya, seratus empat puluh tiga tahun yang lalu. Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung. Begitulah tulisan-tulisan Kartini, selalu hadir dengan makna yang mencekik, membuka jendela pemikiran para penikmat karyanya. Menyadarkan tak hanya perempuan bahwa mereka mampu, memantik dirinya, mengarahkan dirinya kepada jiwa-jiwa Kartini.

            Kartini berhasil merealisasikan pepatah lama yang berbunyi “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama; meninggalkan karya.” Tulisan-tulisan beliau juga membuktikan bahwa konsep Cogito ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada) yang dicetuskan oleh Descartes, filsof besar asal Prancis adalah benar. Selain penjelasan tentang konsep tersebut yang mengatakan bahwa ia (Descartes) ada bukan dari sebab penciptaan Tuhan, namun sebab pikirannya sendiri, ada penjelasan lain dibalik konsep Descartes yang tentu saja bisa diterima setiap muslim, penjelasan lain menurut penulis adalah seperti ini, kita akan dianggap ada ketika kita berpikir, kita tidak akan mati ketika kita menggunakan pikiran, dan ketika sudah tidak pun (baca: mati) kita akan tetap abadi, setia dalam goresan tinta. Sampai ketika waktunya, kita akan menyala maujud meski tanpa wujud, harum mewangi tanpa air artar; bahana melintasi butir-butir cerita.

            Kartini masa kini adalah mereka baik laki-laki maupun perempuan yang mampu menjiwai dan didalamnya mampu mengalirkan sungai-sungai pikiran Kartini ke pikiran mereka. Yang kemudian dengan lantang menyuarkan apa yang seharusnya tidak terbungkam, yang seharusnya bisa didengar. Entah itu lewat tulisan, maupun tindakan. Memantik dan menciptakan Kartini masa kini harus berawal dari diri sendiri. Bagaimana kita menjadi Kartini yang selanjutnya dapat menebarkan senyum Kartini pada jiwa yang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan mendalami dan merealisasikan intelektual profetik, yang mana ilmu ini adalah sesuatu yang seharusnya ada pada setiap jiwa muslim, ilmu yang berdasar pada sifat-sifat kenabian.

            Pertanyaannya adalah, siapa yang wajib memantikan dan/atau siapa yang harus dipantik? Setiap manusia, sebenarnya mendapatkan hak untuk dipantik dan memiliki kewajiban untuk memantik. Lewat langkah profetik, yakni Humanisasi atau memanusiakan manusia lain, termasuk di dalamnya berarti menyangkut tentang gender, dan persamaan diatasnya. Dimana hal ini lah yang pada saat itu menjadi gerakan utama sang role model kita, Kartini.

            Gerakan kedua yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan darah Kartini mengalir dalam kehidupan masa kini menurut ilmu profetik adalah Liberasi atau pembebasan. Gerakan ini dimaksudkan untuk membebaskan manusia-manusia di sekeliling kita dari ketertindasan, pembodohan, dan keterbelakangan. “Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim dengan paham yang keliru tentang benar dan salah, tentang baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tetapi bekerjalah untuk sesuatu yang kekal” Tulisan Kartini disamping menggugah semangat para Kartini masa kini untuk menjadi aktor intelektual di masa nya, bawalah perubahan-perubahan kecil demi perubahan yang besar.

            Dan gerakan terakhir yang minimal bisa ita lakukan untuk menciptakan Kartini masa kini adalah Transendensi, yakni dengan mengubah hidup yang sebelumnya tidak bermakna menjadi hidup yang penuh arti, demi diri sendiri, baru kemudian orang lain. Sadar atas adanya Tuhan secara makna juga sangat diperlukan disini, mengingat esensi Tuhan dewasa ini sudah tak lagi dihiraukan. Na’udzubillah.

            Dari penjelasan diatas, simpulnya adalah ada minimal tiga gerakan yang dapat memantik kita menjadi pemantik lahirnya Kartini masa kini. Dari kapan kita memulai minimal tiga kegiatan tersebut? Dari sekarang, dan dari setelah bacaan ini selesai dibaca. Lalu, darimana kita memulai? Dari diri sendiri, karena diri sendiri lah aktor utama kehidupan kita. Yap! Selamat mencoba!

            Ingat bahwa Kartini, sekali lagi pernah berujar, “Kami yakin, apabila seseorang berani memulai, banyak yang akan mengikuti. Wahai Angkatan muda! Tiada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri dapat berbuat sesuatu untuk memajukan, meningkatkan derajat bangsa kami. Tetapi apabila bersatu, mempersatukan kekuatan, bekerja bersama-sama, maka hasil usaha akan lebih besar. Bersatu kita kukuh, bersatu kita berkuasa!"

Wanita Cerdas Sang Arsitek Peradaban

 Wanita Cerdas Sang Arsitek Peradaban

(Alfrisa Renuat)

Berani, Cerdas, Optimis dan Rajin mungkin itulah sifat-sifat yang dimunculkan dalam menggambarkan Kartini, salah satu sosok wanita paling berpengaruh bagi perempuan Indonesia masa kini. Banyak adagium yang muncul dari sosok seorang wanita, dimana wanita digambarkan sebagai  “Penentu” sebuah peradaban,  salah satunya berangkat dari ungkapan Cherce Ia Framme bahwa ada peran perempuan di setiap peristiwa besar. Hal yang sama juga diterangkan dalam sebuah Novel yang berjudul “Megat” Karya Rida K Liams,  yang menjelaskan bagaimana peranan perempuan dalam lini kehidupan.

Wanita adalah tiang negara apabila hancur wanitanya maka hancur pula negara tersebut”  adagium tersebut cukup  familiar  untuk di dengar. Jauh dari adagium tersebut bahwa wanita bukan sekedar penentu  kokoh berdirinya suatu negara, tetapi juga sebagai penentu suatu peradaban.  Peran Wanita yang dianggap hanya sebagai pelengkap dari suksesnya perjalanan seorang laki-laki merupakan pemahaman yang dapat menimbulkan persepsi yang kurang tepat di tengah masyarakat. Terlepas dari itu semua, Wanita digambarkan  sebagai sosok yang mampu mencetak sebuah peradaban gemilang.

Berawal dari seorang Wanita Cerdas ( Berilmu )

Kartini digambarkan sebagai wanita cerdas nan tangguh, seorang wanita yang membawa perubahan bagi kaum perempuan di masanya. Bagi Kartini, wanita tidak hanya sebagai  “Konco Wingking” atau sebagai pelengkap saja, namun juga wanita bisa berperan lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan.

Dari Kartini kita belajar untuk menjadi perempuan yang berkualitas, bukan hanya dari fisik atau bahkan dari Filter yang membuat perawakan seorang pengguna media sosial menjadi good looking, namun juga dari kualitas keilmuan, karakter, dan budi pekerti luhur sehingga bukan hanya sebagai sebuah pantulan dari Kartini namun jauh daripada itu, sebagai seorang manusia yang berakal.

Realisasi dari manifestasi Kartini tidak bisa diwujudkan dengan kebiasaan food, fun and fashion  yang telah menjadi “makanan lezat” bagi generasi hari ini. Namun, melalui kebiasaan membaca, berpikir kritis, diskusi dan menulislah yang dapat menjadi the way to be a smart woman,  menjadi gambaran kartini hari ini. Wanita yang cerdas mampu membawa kehidupan yang penuh hikmah bagi lingkungan sekitarnya, berangkat dari sebuah ungkapan “Jika wanita itu rusak, Maka dia akan membawa kerusakan bagi ayahnya, suaminya dan anak-anaknya”, hal inilah yang  harus menjadi Warning  bagi para wanita yang memiliki cita-cita layaknya Kartini, memiliki cita-cita yang besar.

Menjadi Wanita Sholihah Yang Visioner

Visioner merupakan sebuah cara pandang yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki wawasan ke masa depan. Wanita yang visioner memiliki sebuah strategi yang tepat untuk mengambil langkah kedepannya dengan mensinergikan segala potensi yang dia miliki. Kartini, merupakan salah satu wanita Indonesia yang memiliki visi yang visioner, dengan mendedikasikan dirinya untuk menuntut ilmu dan berani untuk mengangkat harkat dan martabat wanita pada masanya, kini Kartini telah membawa perubahan bagi kaum wanita di Indonesia.

Maka, dengan menjadi wanita shalihah yang visioner, pastinya akan  paham pada  agamanya serta akan melahirkan generasi yang Rabbani (Arif dan Sholeh). Bagaimana bisa seorang wanita dapat  membentuk generasi yang Rabbani, jika wanita tersebut tidak pandai dalam membaca Al-quran. Bagaimana wanita tersebut akan menanamkan kepada diri generasi selanjutnya tentang keberanian yang haqiqi, jika wanita tersebut tidak paham mengenai sejarah pemuda hebat  yang membantu perjuangan nabi layaknya Muadz dan auf bin Afra. Dan bagaimana bisa seorang wanita dapat melahirkan anak yang cerdas dan alim, jika tidak tahu akan kisah dari Fatimah binti Ubaidillah, ibunda dari Imam Syafi.

“Sejarah itu akan terus berulang, yang berubah hanyalah Tokoh, Ruang dan Waktu.” Akankah sejarah akan membuktikan kembali lahirnya sosok Kartini pada zaman ini?. Dari Kartini kita banyak belajar bahwa menjadi wanita haruslah berilmu, tangguh, optimis dan tentunya visioner. Dan dari wanita shalihah yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam, kita banyak belajar pula bagaiamaa menjadi seorang wanita sholihah yang visioner yang akan menghadirkan generasi  gemilang dalam peradaban Islam.

Menjadi sosok yang dijadikan panutan bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan yang muncul, Apalagi di masa sekarang yang makin terwarnai dengan kesenangan duniawi yang penuh dengan carut marut, dimana mungkin tidak semua orang  mampu menghadapinya dengan ketenangan jiwa, dengan berkiblat pada kehidupan Kartini dan para wanita shalihah  tersebut dapat membantu para wanita hari ini agar tetap kokoh dalam misinya sebagai arsitek  peradaban Islam  yang terukir dengan tinta emas.

Namun pembuktian itu tidak hanya datang dengan rasa malas, dengan acuh terhadap ilmu pengetahuan dan agamanya. Jika dulu, Kartini tidak  memaksimalkan segala potensinya, mungkin hari ini kita tidak akan mengenal gearakan emansipasi yang dilakukan  oleh penulis buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.



Referensi 

https://www.gramedia.com/literasi/visioner/#:~:text=Visioner%20adalah%20sebuah%20cara%20pandang,potensi%20yang%20ada%20dan%20menyinergikannya.

https://mtsn1kebumen.sch.id/berita/detail/mengenal-sosok-perjuangan-dan-perjalanan-hidup-ra-kartini

https://www.gramedia.com/blog/6-sifat-teladan-kartini-nomor-empat-bisa-menginspirasimu/#:~:text=Kartini%20tidak%20membangkang%2C%20ia%20rela,mementingkan%20kepentingan%20bersama%20dibanding%20pribadi.

Selasa, 13 September 2022

Perempuan itu Kartini


Perempuan itu Kartini

oleh Adhi Karunia (IMM Prof.DR. Hamka Ponorogo)

       Paradigma yang disematkan masyarakat saat itu menyudutkan kaum perempuan. Perempuan hanya dipandang sebelah mata, sekiranya tak perlu untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi. Anggapan pada perempuan tak usah memiliki cita-cita setinggi langit, toh nantinya akan jadi ibu rumah tangga. Bagi mereka peran dan posisi perempuan tak lebih hanya pada batas urusan kasur, dapur, dan sumur.

    Hidup ditengah-tengah kondisi masyarakat yang konservatif membuat R.A Kartini gelisah. Sekitar usia 12 tahun beliau hanya tamat sekolah tingkat dasar. Kegelisahannya muncul karena impian untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi terpaksa harus pupus. Alasannya perempuan seusianya sudah tiba saatnya untuk dipingit. Tradisi pada masa itu bagi perempuan yamg sudah memasuki usia remaja dipersiapkan untuk dapat dinikahi oleh laki-laki. Dalam sejarahnya bagi orang tua yang memiliki anak perempuan, bagaimana caranya agar dapat dinikahi oleh laki-laki yang memiliki jabatan tertentu. Entah itu dengan cara memaksa anaknya atau cara lain yang tidak manusiawi.

    Sebagai perempuan yang tahu pentingnya pendidikan, Kartini ingin mengubah paradigma masyarakat yang melemahkan kaum perempuan. Baginya perempuan juga perlu mendapatkan hak pendidikan yang layak, kebebasan berkehendak dan jaminan hukum yang sama. Emansipasi yang diusung oleh Kartini merupakan gagasan dan cita-cita yang mulia.Tak lain tujuannya agar kaum perempuan terangkat martabatnya di mata masyarakat. Tidak hanya dijadikan objek semata untuk memuluskan kepentingan.

    R.A Kartini adalah salah satu putri dari priyayi di kota Jepara yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Menjadi putri salah satu orang terkemuka tidak membuatnya untuk berambisi menikmati kemewahan yang ada. Belum lagi beliau dijodohkan dengan Bupati Rembang, tentu kehidupannya pasti terjamin. Namun kepedulian sosial R.A Kartini terhadap kemanusiaan, khususnya pada kaum perempuan membuatnya tidak dapat berdiam diri. Dia terus mengasah kecerdasannya dengan membaca buku serta menulis surat-surat yang dikirimkan kepada temannya semasa sekolah yang tinggal di Belanda.

    R.A Kartini telah membuktikan bahwa perempuan juga memiliki potensi untuk sebuah peradaban. Perjuangannya untuk mengangkat derajat perempuan terus diupayakan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Ide dan gagasannya tersebut didapatkan dari buku yang dia baca, serta hasil surat menyurat dengan temannya yang tinggal di Belanda.

Menurutnya pemikiran barat dalam memandang perempuan dinilai lebih maju. Perempuan mendapatkan peran dan posisi yang setara di kalangan publik. Inilah yang membuatnya kemudian berinisiatif mendirikan sekolah bagi kaum perempuan. Sayangnya, belum sempat merasakan hasil dari idenya R.A Kartini telah tutup usia. Meskipun demikian sekolah yang didirikan justru menyebar ke berbagai kota. Begitulah perjuangan R.A Kartini sebagai perempuan.

Perempuan itu Kartini!

    Era teknologi dan informasi yang semakin maju dapat diambil nilainya dari dua sisi, sisi positif dan sisi negatif bagi kehidupan. Sisi positifnya dengan kemajuan teknologi kita dapat terbantu dalam menjalankan rutinitas dengan mudah, praktis dan cepat hal ini merupakan suatu kemewahan. Sisi negatifnya kemajuan teknologi dan luasnya informasi yang tak terbendung membuat kita gagap dalam mengolah dan menelaah informasi, selain itu lebih memilih pada hal yang bersifat praktis daripada harus berproses.

    Perjuangan emansipasi bagi perempuan belumlah usai. Masih banyak tindak kriminal yang mayoritas korbannya adalah perempuan. Seperti halnya kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, bahkan di era disrupsi saat ini kita kehilangan rasa kemanusiaan. Rasanya belum tepat jika para perempuan sendiri hanya sekedar memperingati Hari Kartini setiap tahunnya. R.A Kartini merupakan salah satu pelopor emansipasi kaum perempuan di negeri ini. Akankah di tengah kemewahan teknologi saat ini perjuangannya tetap tumbuh dan hidup?