Kamis, 31 Agustus 2023

Menggaungkan Nilai Pendidikan Profetik Di Kalangan Mahasiswa

 MENGGAUNGKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PROFETIK DI KALANGAN MAHASISWA

 Oleh    : AFIFAH ZAKIYATUL AULIA

C:\Users\User\Downloads\Logo IMM Tanfidz Malang-1.png 

    Berbicara soal implementasi, berarti tidak jauh dari kata pengalaman. Teori apa yang telah kita dapatkan kemudian

Kita aplikasikan dalam kehidupan sehari - hari. Implementasi tidak bisa jauh dari kata pendidikan. Karena dengan 

pendidikan kita mengetahui bagaimana pengalaman suatu ilmu dengan baik. Pendidikan saat ini menempati posisi yang 

begitu penting untuk kehidupan manusia. 

    Pendidikan menenmpati peranan yang penting dalam membentuk suatu karakter. Pendidikan di negara kita mengalami

kondisi yang sulit. Globalisasi yang mulai diterima tanpa adanya penyaringan dan mempengaruhi banyak aspek pada 

masyarakat terutama mahasiswa. Kemajuan ilmu teknologi dan pengetahuan yang terus diikuti oleh arus globalisasi yang 

sangat berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Sehingga berdampak pada karakter yang dimiliki oleh bangsa ini 

terutama kaum mahasiswa. Melihat permasalahan diatas, maka sangat perlu diaplikasikan melalui pendidikan non formal,

informal maupun formal.

   Demi memunculkan pendidikan yang tepat bagi bangsa Indonesia, maka perlunya memasukkan nilai - nilai pendidikan

profetik di dalamnya. Ketika misi kenabian diangkat sebagai pondasi pengembangan. Pendidikan Nabi tersebut mempunyai 

tujuan tersendiri yaitu membangun sebuah karakter, mulai dari penanaman tauhid sejak dini, kemudian pembentukan karakter 

positif sebagai langkah awal membangun jati diri yang kuat dalam hal keyakinan (akidah) dan mental (Muflichul Ilmi, 2020).

    Mengenai hal itu, seorang intelektual bernama Kuntowijoyo menyampaikan bahwa ilmu sosial profetik itu penting dan 

diperlukan untuk kemajuan pendidikan karena ilmu profetik dapat mengganti sesuai landasan cita - cita etik dan profetik 

(Muflichul Ilmi, 2020).

    Banyak dari mahasiswa yang tidak mengetahui hasil pemikiran dari Kuntowijoyo ini, yaitu ilmu sosial profetik. Nah, ilmu

sosial profetik ini terdiri dari tiga kata, yaitu ilmu, sosial, dan profetik. Ilmu merupakan campuran dari banyak pengetahuan yang 

diatur secara rasional (logis) dan bersistem dengan menghitungkangejala rasional kaulisatik. Sosial adalah ilmu yang berkaitan 

berkaitan tentang aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Dan profetik itu sendiri diambil dari bahasa inggris yaitu prophet  

 yang artinya nabi. Profetik ini mengandung makna kenabian atau sifat yaitu melekat dalam diri nabi (Maskur, 2012). Maka dapat 

kita simpulkan bahwa ilmu sosial profetik adalah ilmu yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tapi memberi 

petunjuk akan dibawa kemana perubahan itu dilakukan berdasarkan cita - cita masyarakat ideal yang diinginkan.

    Pendidikan profetik adalah  pemindahan pengetahuan dan nilai kenabian yang memiliki tujuan untuk memebentuk moral,

membentuk akhlak, mendekatkan diri pada Allah serta alam dan memahami untuk membangun khoira ummah sehingga 

tercapainya pribadi yang intelektual, emosional, akhlak dan moral yang berkembang utuh.

    Kuntowijoyo merumuskan bahwasanya pendidikan profetik termuat oleh tiga pilar (nilai dasar) yaitu humanisasi, liberasi, dan 

transendensi. Humanisasi ini biasanya disebut amar ma'ruf yang memuat arti kemanusian manusia. Leberasi ini diambil nahi 

munkar yaitu kebebasan. Sedang transendensi adalah ukuran dari keimanan manusia. Ketiga nilai ini memiliki implementasi 

mendalam terendiri untuk membanut menjadikan kehidupan manusia yang lebih humanistik (Muflichul Ilmi, 2020).

     Tiga nilai ini termaktub dalam Al - Qur'an surah Ali Imran ayat 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ

بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

 

Artinya: "Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang

makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi 

mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang - orang fasik." (Ali Imran: 110).

    Kalau kita telisik lebih dalam ayat ini, maka kita akan mendapatkan empat hal tersirat, yaitu bagaimana menjadi umat terbaik,

apa peran umat dalam sejarah, bagaimana pentingnya kepekaan, dan apa pentingnya etika profetik. Pertama, sering kita sebut 

khoira ummah. Kedua, aktivisme sejarah atau sering kita sebut ukhrijat linnas yaitu peran umat dalam sejarah karena islam adalah 

agama amal. Ketiga, pentingnya kepekaan serta kesadaran. 

     Untuk menjelaskan lebih detail mengenai tiga poin pendidikan profetik maka berikut penjelasannya:

1. Humanisasi

    Diambil dari bahasa Inggris yaitu human yang artinya manusia, humane berarti peramah, dan humanism berarti perikemanusiaan.

Nilai humanisasi adalah salah satu pondasi paradigma Ilmu sosial profetik (ISP) yang berlandaskan dari ajaran Islam yang berupa 

amar ma'ruf (menegakkan kebenaran) (Athoillah Islamy, 2021). Humanisasi sangat dibutuhkan karena masyarakat sedang berada 

dalam tiga fase yang akut yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya, dan negara), loneliness (Privatisasi, 

individuasi), dan agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas) (Masduki, 2017).

    Parameter humanisasi adalah memanusiakan manusia, dapat menjaga ukhuwah walaupun berbeda keyakinan, tadisi, dan

lain - lain, menilai seseorang secara menyeluruh meliputi aspek fisik dan psikisnya, sehingga adanya rasa saling hormat, kekerasan

dalam bentuk apapun harus dihapuskan, serta menghapuskan kebencian kepada sesama. 

 2. Liberasi

    Liberasi ini dalam bahasa latin "liberare" yang artinya membebaskan. Kuntowijoyo menyebutkan liberasi adalah pembebasan 

terhadap semua yang berkonotasi dengan signifikasi sosial seperti mencegah menggunakan obat terlarang, memberantas judi, dan

memperjuangkan nasib buruh dan melawan penjajah.

    Nahi munkar berarti pembebasan manusia atas penganiayaa, pembebasan atas kedzaliman, dan pembebasan dari segala bentuk 

aspek yang merendahkan manusia. parameter liberasi adalah memihak pada kepentingan umum, orang kecil, dan kelompok

mustad'afiin, menegakkkan keadilan, menghilangkan kebodohan dan keterbelakangan sosial - ekonomi, dan menghapus berbagai 

bentuk penindasan. 

3. Transendensi 

    Transendensi terdapat pada bahasa latin yaitu "transendence" artinya melampau ke atas, sedang dalam bahasa inggris 

"to transendence" yaitu sangat atau melebihi. Transendensi ini bisa disebut hablumminAllah yaitu ikatan spiritual kita dengan Sang 

pencipta, bisa disebut dimensi keimanan manusia.

    Menurut pandangan Kuntowijoyo pondasi dari kedua nilai ini (humanisasi dan liberasi) ada pada transendensi, dengan kata lain 

transendensi ini adalah tiang utama. Rancangan transendensi ini harus bisa menjadi proses untuk mewujudkan harapan Kuntowijoyo 

yaitu konsep profetik. 

     Tujuan transendensi ini adalah menambah dimensi transendensi dalam kebudayaan yang sekarang ini sudah banyak mengarah pada 

arus materialisme, hedonisme, dan budaya dekaden. Kemudian untuk mengatasi hal ini, maka harus dilakukan pembersihan nafsi dengan

mengingat lagi fitrah kemanusiaan yang sebenar - benarnya dan merasakan kembali dunia ini sebagai rahmat Allah. 

    Parameter transendensi adalah mengakui adanya kekuatan supranatural, berusaha untuk dekat dengan allah dan ramah terhadap 

lingkungan secara istiqomah dengan untuk memuji keagungan Allah, berupaya memperoleh kebaikan dan keberkahan Allah,

mengembalikan sesuatu kepada kemahakuaan-Nya, memahami suatu keajaiban dengan pendekatan mistis, berperilaku, bertindak sesuai 

dengan ajaran islam, dengan mengharap ridha Allah, serta menerima dengan ikhlas setiap masalah yang ada.

 

Daftar Pustaka

 Hani’ah, Z. (2018). Implementasi nilai-nilai pendidikan profetik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas VII di MTsN 1 Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

 Ilmi, M. (2020). Implementasi nilai-nilai pendidikan profetik dalam pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran IPS di SMP Brawijaya Smart School (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

 Islamy, A. (2021). Paradigma Sosial Profetik dalam Bermuamalah di Media Sosial. Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah FDIK IAIN Padangsidimpuan3(1), 83-104.

Masduki, M. (2017). Pendidikan profetik; Mengenal gagasan ilmu sosial profetik Kuntowijoyo. TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama9(1), 1-22.

Maskur, M. (2012). Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo (Telaah atas Relasi Humanisasi, Liberasi dan Transendensi) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Muttaqin, H. (2016). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif10(1), 219-240. 

Ruslan, R. (2016). Ilmu Sosial Profetik: Studi Terhadap Pemikiran Kuntowijoyo (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

.