MENGGAUNGKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PROFETIK DI KALANGAN MAHASISWA
Oleh : AFIFAH ZAKIYATUL AULIA
Berbicara soal implementasi, berarti tidak jauh dari kata pengalaman. Teori apa yang telah kita dapatkan kemudian
Kita aplikasikan dalam kehidupan sehari - hari. Implementasi tidak bisa jauh dari kata pendidikan. Karena dengan
pendidikan kita mengetahui bagaimana pengalaman suatu ilmu dengan baik. Pendidikan saat ini menempati posisi yang
begitu penting untuk kehidupan manusia.
Pendidikan menenmpati peranan yang penting dalam membentuk suatu karakter. Pendidikan di negara kita mengalami
kondisi yang sulit. Globalisasi yang mulai diterima tanpa adanya penyaringan dan mempengaruhi banyak aspek pada
masyarakat terutama mahasiswa. Kemajuan ilmu teknologi dan pengetahuan yang terus diikuti oleh arus globalisasi yang
sangat berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Sehingga berdampak pada karakter yang dimiliki oleh bangsa ini
terutama kaum mahasiswa. Melihat permasalahan diatas, maka sangat perlu diaplikasikan melalui pendidikan non formal,
informal maupun formal.
Demi memunculkan pendidikan yang tepat bagi bangsa Indonesia, maka perlunya memasukkan nilai - nilai pendidikan
profetik di dalamnya. Ketika misi kenabian diangkat sebagai pondasi pengembangan. Pendidikan Nabi tersebut mempunyai
tujuan tersendiri yaitu membangun sebuah karakter, mulai dari penanaman tauhid sejak dini, kemudian pembentukan karakter
positif sebagai langkah awal membangun jati diri yang kuat dalam hal keyakinan (akidah) dan mental (Muflichul Ilmi, 2020).
Mengenai hal itu, seorang intelektual bernama Kuntowijoyo menyampaikan bahwa ilmu sosial profetik itu penting dan
diperlukan untuk kemajuan pendidikan karena ilmu profetik dapat mengganti sesuai landasan cita - cita etik dan profetik
(Muflichul Ilmi, 2020).
Banyak dari mahasiswa yang tidak mengetahui hasil pemikiran dari Kuntowijoyo ini, yaitu ilmu sosial profetik. Nah, ilmu
sosial profetik ini terdiri dari tiga kata, yaitu ilmu, sosial, dan profetik. Ilmu merupakan campuran dari banyak pengetahuan yang
diatur secara rasional (logis) dan bersistem dengan menghitungkangejala rasional kaulisatik. Sosial adalah ilmu yang berkaitan
berkaitan tentang aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Dan profetik itu sendiri diambil dari bahasa inggris yaitu prophet
yang artinya nabi. Profetik ini mengandung makna kenabian atau sifat yaitu melekat dalam diri nabi (Maskur, 2012). Maka dapat
kita simpulkan bahwa ilmu sosial profetik adalah ilmu yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tapi memberi
petunjuk akan dibawa kemana perubahan itu dilakukan berdasarkan cita - cita masyarakat ideal yang diinginkan.
Pendidikan profetik adalah pemindahan pengetahuan dan nilai kenabian yang memiliki tujuan untuk memebentuk moral,
membentuk akhlak, mendekatkan diri pada Allah serta alam dan memahami untuk membangun khoira ummah sehingga
tercapainya pribadi yang intelektual, emosional, akhlak dan moral yang berkembang utuh.
Kuntowijoyo merumuskan bahwasanya pendidikan profetik termuat oleh tiga pilar (nilai dasar) yaitu humanisasi, liberasi, dan
transendensi. Humanisasi ini biasanya disebut amar ma'ruf yang memuat arti kemanusian manusia. Leberasi ini diambil nahi
munkar yaitu kebebasan. Sedang transendensi adalah ukuran dari keimanan manusia. Ketiga nilai ini memiliki implementasi
Tiga nilai ini termaktub dalam Al - Qur'an surah Ali Imran ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: "Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang - orang fasik." (Ali Imran: 110).
Kalau kita telisik lebih dalam ayat ini, maka kita akan mendapatkan empat hal tersirat, yaitu bagaimana menjadi umat terbaik,
apa peran umat dalam sejarah, bagaimana pentingnya kepekaan, dan apa pentingnya etika profetik. Pertama, sering kita sebut
khoira ummah. Kedua, aktivisme sejarah atau sering kita sebut ukhrijat linnas yaitu peran umat dalam sejarah karena islam adalah
agama amal. Ketiga, pentingnya kepekaan serta kesadaran.
Untuk menjelaskan lebih detail mengenai tiga poin pendidikan profetik maka berikut penjelasannya:
1. Humanisasi
Diambil dari bahasa Inggris yaitu human yang artinya manusia, humane berarti peramah, dan humanism berarti perikemanusiaan.
Nilai humanisasi adalah salah satu pondasi paradigma Ilmu sosial profetik (ISP) yang berlandaskan dari ajaran Islam yang berupa
amar ma'ruf (menegakkan kebenaran) (Athoillah Islamy, 2021). Humanisasi sangat dibutuhkan karena masyarakat sedang berada
dalam tiga fase yang akut yaitu dehumanisasi (obyektivasi teknologis, ekonomis, budaya, dan negara), loneliness (Privatisasi,
individuasi), dan agresivitas (agresivitas kolektif dan kriminalitas) (Masduki, 2017).
Parameter humanisasi adalah memanusiakan manusia, dapat menjaga ukhuwah walaupun berbeda keyakinan, tadisi, dan
lain - lain, menilai seseorang secara menyeluruh meliputi aspek fisik dan psikisnya, sehingga adanya rasa saling hormat, kekerasan
dalam bentuk apapun harus dihapuskan, serta menghapuskan kebencian kepada sesama.
2. Liberasi
Liberasi ini dalam bahasa latin "liberare" yang artinya membebaskan. Kuntowijoyo menyebutkan liberasi adalah pembebasan
terhadap semua yang berkonotasi dengan signifikasi sosial seperti mencegah menggunakan obat terlarang, memberantas judi, dan
memperjuangkan nasib buruh dan melawan penjajah.
Nahi munkar berarti pembebasan manusia atas penganiayaa, pembebasan atas kedzaliman, dan pembebasan dari segala bentuk
aspek yang merendahkan manusia. parameter liberasi adalah memihak pada kepentingan umum, orang kecil, dan kelompok
mustad'afiin, menegakkkan keadilan, menghilangkan kebodohan dan keterbelakangan sosial - ekonomi, dan menghapus berbagai
bentuk penindasan.
3. Transendensi
Transendensi terdapat pada bahasa latin yaitu "transendence" artinya melampau ke atas, sedang dalam bahasa inggris
"to transendence" yaitu sangat atau melebihi. Transendensi ini bisa disebut hablumminAllah yaitu ikatan spiritual kita dengan Sang
pencipta, bisa disebut dimensi keimanan manusia.
Menurut pandangan Kuntowijoyo pondasi dari kedua nilai ini (humanisasi dan liberasi) ada pada transendensi, dengan kata lain
transendensi ini adalah tiang utama. Rancangan transendensi ini harus bisa menjadi proses untuk mewujudkan harapan Kuntowijoyo
yaitu konsep profetik.
Tujuan transendensi ini adalah menambah dimensi transendensi dalam kebudayaan yang sekarang ini sudah banyak mengarah pada
arus materialisme, hedonisme, dan budaya dekaden. Kemudian untuk mengatasi hal ini, maka harus dilakukan pembersihan nafsi dengan
mengingat lagi fitrah kemanusiaan yang sebenar - benarnya dan merasakan kembali dunia ini sebagai rahmat Allah.
Parameter transendensi adalah mengakui adanya kekuatan supranatural, berusaha untuk dekat dengan allah dan ramah terhadap
lingkungan secara istiqomah dengan untuk memuji keagungan Allah, berupaya memperoleh kebaikan dan keberkahan Allah,
mengembalikan sesuatu kepada kemahakuaan-Nya, memahami suatu keajaiban dengan pendekatan mistis, berperilaku, bertindak sesuai
dengan ajaran islam, dengan mengharap ridha Allah, serta menerima dengan ikhlas setiap masalah yang ada.
Daftar Pustaka
Hani’ah, Z. (2018). Implementasi nilai-nilai pendidikan profetik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas VII di MTsN 1 Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Ilmi, M. (2020). Implementasi nilai-nilai pendidikan profetik dalam pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran IPS di SMP Brawijaya Smart School (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Islamy, A. (2021). Paradigma Sosial Profetik dalam Bermuamalah di Media Sosial. Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah FDIK IAIN Padangsidimpuan, 3(1), 83-104.
Masduki, M. (2017). Pendidikan profetik; Mengenal gagasan ilmu sosial profetik Kuntowijoyo. TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 9(1), 1-22.
Maskur, M. (2012). Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo (Telaah atas Relasi Humanisasi, Liberasi dan Transendensi) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Muttaqin, H. (2016). Menuju Sosiologi Profetik. Jurnal Sosiologi Reflektif, 10(1), 219-240.
Ruslan, R. (2016). Ilmu Sosial Profetik: Studi Terhadap Pemikiran Kuntowijoyo (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)..