Selasa, 25 April 2023

Optimalisasi Nilai Profetik Dalam Pengkaderan Ikatan

 Optimalisasi  Nilai Profetik dalam  Pengkaderan Ikatan

Oleh: Ahmada Norma Syinta

    Profetik yang berasal dari gagasan pikiran Prof. Dr.Kuntowijoyo, M.A. yang merujuk dari  sejarah yang beraal dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa nya banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang dapat kita ambil dalam peristiwa Isra’ Mi’raj yang paling mengikat ketika nabi telah naik ke sidrotul muntaa beliau tetap ingat kepada umatnya padahal hakikatnya manusia ketika mendapatkan kenikmatan yang tiada tanding dia akan terlena dan lupa akan segalanya sehingga tidak ingin kembali pada kondisi maupun keadaan sebelumnya. Bukan hanya itu nabi juga ingat apabila belum selesai menyempurnakan agama islam yang dimana agama ini kelak akan dijaga kitabnya hingga akhir kiamat nanti. Agama yang menjadi penyempurna dan penutup agama sebelumnya, yang hingga sekarang menjadi agama yang benar bagi orang-orang yang memahami tauhid. Sifat-sifat nabi yang nantinya melahirkan gagasan pikiran profetik yang mengarah pada suatu ilmu yang membawa perubahan tanpa merusak sekitar. Pada kenyataannya zaman sekarang banyak ilmu yang dikembangkan oleh banyak ilmuan tapi banyak merusak alam sehingga alam pun terkadang marah kepada manusia. Profetik pun juga lahir dari realita kehidupan manusia pada zaman sekarang yang dimana orang-orang mulai menyepelekan ilmu berpandangan bahwa ilmu hanyalah batu sandungan untuk sukses, dan mulai berorientasi filsafat yang sebagai induk dari para ilmu hanyalah ilmu yang membuat ambigu tidak memiliki manfaat yang jelas. Dengan pikiran manusia yang mulai menyepelekan ilmu dan sudah tidak mengedepankan nilai yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari membuat manusia sedikit demi sedikit kehilangan nilai kemanusiannya. Disinilah salah satu faktor lahirnya profetik disamping faktor peristiwa sejarah yang sudah diuraikan sebelumnya. Profetik sendiri juga berasal dari kutipan penggalan surat yang ada dalam Al-Qur’an pada surat Ali-Imran ayat 110. Dari ali imran ada 3 kata yang digaris bawahi sebagai landasan lahirnya Profetik yaitu Ta’muruna bil ma’rufi, tanhauna anil mungkar, dan tu’minna billahi. Yang nantinya menjadi kerangka humanisasi (pemberdayaan), liberasi (pembebasan), transedensi (ketuhanan/pencerdasan). Dari tiga nilai itu Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah mengadopsinya menjadi trilogi yaitu religiusitas, intelektualitas, dan humanitas yang selama ini menjadi garis haluan dalam pergerakan yang wajib diamalkan. Yang dimana dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita IMM yang dalam pengaplikasiannya tidak bolehsaling menintervasi antara organisasi satu dengan yang lain dalam lingkungan kampus. Dan trilogy IMM tidak akan trcapai jika kita tidak memperjuangkannya. 

    Dalam pengkaderan IMM pada setiap komisariat bahkan tiap individu pun berbeda tidak bisa kita sama ratakan. Tapi, nilai yang harus  kita sampaikan bisa disama ratakan dengan disesuaikan cara penyampaian sesuai dengan kapasitas tiap individunya. Salah satu nilai yang perlu disampaikan hingga tertanam salah satunya adalah nilai profetik yang diadopsi dari gagasan pikiran Prof. Dr.Kuntowijoyo, M.A. Sebagai kader IMM kita wajib mengamalkan trilogy yang diadopsi dari ali imron ayat 110 yang juga sebagai rujukan nilai profetik. Di kehidupan sehari-hari banyak hal yang diamalkan apalagi diterapkan pada desa binaan. Pengkaderan dapat berupa denan mengajak untuk ikut kegiatan contohnya ikut dalam kegiatan penggalangan dana untuk membantu mengembangkan desa binaan atau menggalang dana untuk membantu korban bencana alam, dari acara sederhana ini nilai profetik bisa muncul dengan sendirinya karena hal-hal sedehana terkadang lebih melekat dari pada hal-hal benar yang kita lakukan tapi hanya berharap imbalan. Bukan hanya penggalangan dana rangkaian acara pengembangan desa binaan bukan hanya menanamkan nilai humanitas saja tapi intelektualitas dan religiusitas. Untuk pengamalan intelektualitas dengan mengajak kader untuk meriset tempat desa binaan  dan mencari hal-hal yang masih kurang baik, untuk dikembangkan dengan cara yang lebih menarik agar tingkat kesejahteraan warga desa binaan jauh lebih baik. Dalam riset ini bukan hanya untuk mencari suatu permasalahan yang ada tapi juga untuk memperhatikan tingkat kesehatan para warga karena lingkungan juga mempengaruhi tingkat kesehatan manusianya sendiri. Untuk menanamkan nilai intelktualitas bukan hanya riset, tapi juga ada sebagai tenaga pegajar Taman Pendidikan Al-Qur’an yang dapat menanamkan nilai relegiusitas. Dengan mengajarkan doa sehari-hari, menceritakan tentang tauladan nabi yang dimana banyak kisah nabi-nabi bahkan sahabatnya yang sangat menggucang karena memiliki motivasi yang dapat meningkatkan semangat kader maupun anak TPA untuk terus mendekatkan diri dengan sang Pencipta. Dari sini kita dapat menanakan nilai profetik yang dapat merubah arah gerak bangsa yang mulai mengesampingkan sebab akibat dari kebijakan yang dibuat, walapun kebijakan itu pastinya sudah dikaji dengan seksama tapi tidak mengimplikasikan nilai profetik dalam penelaahannya. Karna Profetik sendiri merupakan realitas absrak terdapat pada sifat kenabian yang ideal secara spiritual-individual, yang diamalkan pada ‘amar ma’ruf (humanisasi), Nahi Munkar (liberasi), dan tu’minuna billah (transedensi). Sebagai seorang kader IMM perlu juga kita mengoptimakan dalam peneladanan nilai profetik untuk menjadikan ikatan yang jauh lebih mementingkan sebab akibat bukan hanya untuk menjalankan proker terus menerus. Karena hakikatnya IMM sebagai pencetak kader-kader militant yang nantinya akan menerapkan nilai profetik dari ranah terkecil hingga terbesar. Karakter yang perlu ditanamkan bukan hanya nilai profetik itu sendiri, tapi juga implementasi nilai  profetik dalam kancah masyarakat.  

    Banyak hal yang terlewati termasuk nilai profetik yang sekarang telah banyak diamalkan tanpa dirasakan sehingga kebaikannya hanya karena melaksanakan program kerja saja. Padahal pada hakikatnya manusia merupakan manusia social yang tidak dapat berjuang sendiri dalam segala aspek sehingga perlu ada rasa humanitas untuk selalu saling memberdayakan antara satu dengan yang lain apalagi dalam satu ikatan (IMM). Menanamkan nilai profetik agar diamalkan untuk kehidupan sehari-hari bukan lah  yang mustahil, tapi juga bukan perkara mudah. Mengingat mausia memiliki sifat jika merasa mendapat kenikmatan yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya membuat kita lupa akan segalanya. Padahal Allah memberikan cobaan itu hanya ingin tahu apakah mereka kembali kepada Allah atau malah akan melupakannya. Dengan begini rilegiusitasnya dipertanyakan dan bagaimana ikatan menanamkan hal itu agar kadernya dapat selalu dekat ya sebisa mungkin dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Menengok kondisi kader sekarang yang banyak menyukai membaca buku padahal kita tahu pada wahyu pertama yang diterima nabi yaitu perintah untuk membaca yang terdapat pada surat Al-Alaq. Ini menunjukkan bahwa membaca adalah jendela llmu yang harus kita lestarikan. Dan rilegiusitas bukan hanya dicapai dengan beribadah saja tapi dengan berdiam diri pun bisa dilakukan karena dalam diam kita terkadang jauh lebih tenang merasa Allah hadir di samping kita. Karena pada hakikatnya diam bukanlah hal yang selamanya salah ataupun benar tapi memiliki porsi tertentu bagi orang yang dapat memanfaatkan diam dengan jauh lebih efektif dalam kehidupannya. Walaupun, banyak orang berpandangan buruk terkait orang yang memiliki kepribadian yang cenderung melakukan apapun dengan diam pastinya mereka memiliki hal istimewa yang terkadang kita pandang adalah hal yang sepele sehingga keistimewaannya tidak lagi terlihat. Degan ini perlu adanya berubahan orientasi pandangan masyarakat, minimal dari mahasiswa selaku agent of change agar hal-hal yang pemahamannya yang masih kurang tepat dapat berubah. Dengan ini diam bukanlah hal yang perlu dihindari karena tidak semua itu buruk, kita juga perlu lebih tahu terkait manfaat diam agar juga dapat bermanfaat bagi kita.

    Jadi pada dasarnya nilai profetik pun bisa dibentuk dengan berawal dari hal kecil, meskipun bentuk besarnya ada. Tapi cenderung lebih sulit karena mungkin mengamalkan nilai profetik tidak semudah teori yang sering kita baca, ataupun dengar. Dengan begini nilai humanitas bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari ataupun berikatan dengan saling mengingatkan satu sama lain dengan tetap mengindahkan keramahan, kesopanan, dan tata bahasa agar etika meningatkan tidak menyinggung perasaan oranng lain dan orang lain dapat menerima dengan lapang dada. Sedangkan pengamalan intelektualitas bisa berupa mengajakan teman sendiri maupun berdiskusi dengan teman-teman ikatan sehingga terbentuknya pikiran yang terbuka dan majlis ilmu tanpa kita sadari sendiri, dengan ini ilmu yang teradang tidak kita prediksi pun bisa keluar untuk di diskusikan. Sedang releiusitas dapat berupa kita berdiam diri walaupau berdiam diri pun bukan jalan terbaikya karna Diam bukan berarti tidak memahami, tidak melakukan apa-apa. Tapi diam adalah senjata ampuh untuk merencanakan sesuatu sehingga oran lain tidak tahu apa yang sedang kita rencanakan. Tidak dipungkiri pula, banyak orang yang cenderung suka bekerja diam-diam dari pada harus memperlihatkan apa yang sedang dilakkan karena takut akan hinaan yang akan diterima karena terlalu rajin dan bekerja keras.

    Tapi perlu kita ingat apabila diam tidak sepenuhnya dibenarkan karena diam terkadang menimbulkan berbagai kecemburuan, kecurigaan, dan banyak lagi. Diam juga suatu hal yang sangat kita butuhkan, karena saat diam berbagai hal akan terlintas membuat kita akan  mula memikirkan bagaimana menyelesaikan berbagai masalah yang terlintas dan pastinya juga mengenang hal-hal bahagia yang pernah kita alami. Kebanyakan rang setelah berdiam diri dan merenungkan kehidupan cenderung akan menjadi pribadi yang lebih baik karena saat diamnya mereka seringkali melihat kilas balik kehidupan dengan memasukkan bagaimana dia bisa jauh lebih baik dari sebelumnya agar kesalahan yang lalu tidak terjadi lagi. Berbagai inspirasi yang kadang ingin kita tuangkan dalam karya maupun tugas kuliah sering terlintas saat kita melamun, berdiam diri tanpa melakukan apa-apa sehingga ispirasi itu mengalir begitu saja seperti air mengalir. Maka dari itu diam bukan lah hal negative tapi ada hal positif yang dapat kita petik. Dalam pandangan islam berdiam diri juga tidak dipermasalahkan, karena ada kalanya kita perlu untuk berdiam diri atau seringkali kita sebut I’tikaf yan banyak dilakukan 10 hari terakhir puasa ramadhan.  Dan dijelaskan beberapa hadits menenai I’tikaf. Tapi sebenarnya I’ikaf bisa dilakukan kapan saja arena ini sebagai bentuk betapa banyak dosa dan ketidak sempurnaan kita sebagai manusia biasa yang dimana perlu selalu memperbaiki diri hingga akhir hayat nanti. Memang tidak sebading dengan hanya kita medekatkan diri dengan beribadah atau pengajian bersama ahli ulama tapi berdiam diri membantu menenangkan diri dan memikirkan kesalahan kita sehingga mendapat solusi yang kelak dapat diimplemeasikan kepada orang lain yang mungkin memiliki permasalaan yag kurang lebih seperti apa yang pernah kita alami.  Maka dari itu sebagai manusia hendaknya kita bukan hanya menagandalkan pikiran kita tapi perlu merenungkan agar lebih dekat dengan Allah karna mengingat dosa dosa yang pernah di perbuat selama hidup sehingga rilegiusitas kita bertabah tanpa kita sadari walaupun mungkin akan turun lagi. Tapi setidaknya kita berusaha untuk manaikkannya agar ketika turun tidak sederastis itu. Seperti hal nya sebuah air walaupun dibuang sisa airnya pun masih ada.

 

Refreance :

Astuti, P. (2018). Nilai-nilai profetik dan implikasinya bagi pengembangan kurikulum pendidikan agama islam (studi pemikiran kuntowijoyo) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Widyaningsih, T. S., Zamroni, Z., & Zuchdi, D. (2014). Internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa SMP dalam perspektif fenomenologis. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi2(2).

Mukaromah, N. (2019). Nilai-Nilai Religius dalam Film Lima Penjuru Masjid Karya Humar Hadi dan Implementasinya sebagai Bahan Pendidikan Karakter (Doctoral dissertation, IAIN).

Wulansari, P., & Khotimah, N. (2020). Membumikan Ilmu Sosial Profetik: Reaktualisasi Gagasan Profetik Kuntowijoyo dalam Tradisi Keilmuwan di Indonesia. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains2, 431-435.