Rosulullah saw. Bersabda,”jauhilah oleh kalian prasangka, karena
prasangka adalah sedusta-dusta ucapan”
Maksud dari prasangka diatas adalah
keraguan yang ditanamkan kepadamu oleh seseorang tentang suatu
hal, lalu kamu menganggapnya sebagai kebenaran dan memutuskan berdasarkan
prasangka itu. Sedangkan yang dimaksud dengan su’uzhan(prasangka
buruk) adalah ketika anda menjustifikasi sesuatu atau seseorang tanpa
disertai dengan bukti-bukti yang mendukung justifikasi anda.
Menghilangkan prasangka dalam diri bukanlah suatu hal
yang mudah, apalagi penyakit ini telah mendarah daging dihati kita, maka
perlulah kiat-kiat ampuh untuk meluruhkan sedikit-demi sedikit penyakit ini
dari hati kita.yaitu dengan:
- 1. Membersihkan hati
Kata imam ali bin abi tholib, hati yang bersih
adalah hati yang sehat lagi hidup. Hati yang sehat berarti hati yang
tidak berpenyakit. Dan hati yang hidup berarti hati yang memiliki cahaya
terang. Bebas dari penyakit belum tentu memiliki cahaya yang terang, dan terang
cahaya hati tidak akan berkilau manakala hati masih berpenyakitan.
Bagaimana cara membersihkan
hati???hayo…ada ditergen tidak dirumah???ada sikat pakaian tidak dikost???dan
ada air bersih tidak dikontrakan???J
Bukan itu ya…membersihkan hati bias dilakukan
dengan membuang kotoran-kotoran yang menempel pada hati seperti iri, dengki,
bohong, fitnah, su’uzhan, dll. Kemudian, basuh kotoran-kotoran itu dengan
berdzikir…
- 2. Mengedepankan kebaikan dari pada keburukan
Imam ali bin abi tholib berkata;”jangan sampai kamu berburuk sangka terhadap ucapan saudaramu padahal kamu
masih melihat ada kemungkinan maksud baik dari ucapannya itu”
Maksud dari ucapan imam ali adalah
lihatlah kemungkinan baiknya dari ucapan seseorang yang tampak buruk, jangan
lihat keburukannya. Kedepankan kebaikan dan jangan kedepankan keburukan.
Sama kayak ini ni…jangan melihat sesuatu dari
sisi luarnya saja..tapi bukalah isinya…
- 3. Mengingatkan
Salah satu kwajiban orang yang berilmu adalah
mendakwahkan ilmunya, sama dengan hal ini. Salah satu kewajiban
orang yang benar harus memberitahu yang salah, agar yang salah bisa menjadi
benar dan tidak istiqomah dalam kesalahanya. Jika dikaitkan dengan kasus
su’uzhan, maka kewajiban kita adalah mengingatkan orang yang
selalu su’uzhan agar tidak meneruskan su’uzhannya. Namun, perlu diingat bahwa
sebelum kita memperingatkan orang lain maka hendaklah kita memeriksa diri kita
sendiri terlebih dahulu. Tentunya ketika kita menasehati orang lain harus
menggunakan bahasa yang baik yang tidak menyinggung harga diri orang lain.
- 4. Menjauhi hal-hal yang dapat mendatangkan su’uzhan
Ali bin abi tholib berkata”barang siapa meletakkan dirinya pada tempat dimana orang akan
menggunjingnya, maka dia jangan menyalahkan orang yang berburuk sangka
kepadanya”
Karena itu, hendaklah kita menghindari atau
menjauhi tempat-tempat yang didalamnya terdapat orang-orang yang suka
su’uzhan.wallahu’alam bisshowab
By : Bid.dakwah imm kom fik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar