Jumat, 23 September 2022

Wanita Cerdas Sang Arsitek Peradaban

 Wanita Cerdas Sang Arsitek Peradaban

(Alfrisa Renuat)

Berani, Cerdas, Optimis dan Rajin mungkin itulah sifat-sifat yang dimunculkan dalam menggambarkan Kartini, salah satu sosok wanita paling berpengaruh bagi perempuan Indonesia masa kini. Banyak adagium yang muncul dari sosok seorang wanita, dimana wanita digambarkan sebagai  “Penentu” sebuah peradaban,  salah satunya berangkat dari ungkapan Cherce Ia Framme bahwa ada peran perempuan di setiap peristiwa besar. Hal yang sama juga diterangkan dalam sebuah Novel yang berjudul “Megat” Karya Rida K Liams,  yang menjelaskan bagaimana peranan perempuan dalam lini kehidupan.

Wanita adalah tiang negara apabila hancur wanitanya maka hancur pula negara tersebut”  adagium tersebut cukup  familiar  untuk di dengar. Jauh dari adagium tersebut bahwa wanita bukan sekedar penentu  kokoh berdirinya suatu negara, tetapi juga sebagai penentu suatu peradaban.  Peran Wanita yang dianggap hanya sebagai pelengkap dari suksesnya perjalanan seorang laki-laki merupakan pemahaman yang dapat menimbulkan persepsi yang kurang tepat di tengah masyarakat. Terlepas dari itu semua, Wanita digambarkan  sebagai sosok yang mampu mencetak sebuah peradaban gemilang.

Berawal dari seorang Wanita Cerdas ( Berilmu )

Kartini digambarkan sebagai wanita cerdas nan tangguh, seorang wanita yang membawa perubahan bagi kaum perempuan di masanya. Bagi Kartini, wanita tidak hanya sebagai  “Konco Wingking” atau sebagai pelengkap saja, namun juga wanita bisa berperan lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan.

Dari Kartini kita belajar untuk menjadi perempuan yang berkualitas, bukan hanya dari fisik atau bahkan dari Filter yang membuat perawakan seorang pengguna media sosial menjadi good looking, namun juga dari kualitas keilmuan, karakter, dan budi pekerti luhur sehingga bukan hanya sebagai sebuah pantulan dari Kartini namun jauh daripada itu, sebagai seorang manusia yang berakal.

Realisasi dari manifestasi Kartini tidak bisa diwujudkan dengan kebiasaan food, fun and fashion  yang telah menjadi “makanan lezat” bagi generasi hari ini. Namun, melalui kebiasaan membaca, berpikir kritis, diskusi dan menulislah yang dapat menjadi the way to be a smart woman,  menjadi gambaran kartini hari ini. Wanita yang cerdas mampu membawa kehidupan yang penuh hikmah bagi lingkungan sekitarnya, berangkat dari sebuah ungkapan “Jika wanita itu rusak, Maka dia akan membawa kerusakan bagi ayahnya, suaminya dan anak-anaknya”, hal inilah yang  harus menjadi Warning  bagi para wanita yang memiliki cita-cita layaknya Kartini, memiliki cita-cita yang besar.

Menjadi Wanita Sholihah Yang Visioner

Visioner merupakan sebuah cara pandang yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki wawasan ke masa depan. Wanita yang visioner memiliki sebuah strategi yang tepat untuk mengambil langkah kedepannya dengan mensinergikan segala potensi yang dia miliki. Kartini, merupakan salah satu wanita Indonesia yang memiliki visi yang visioner, dengan mendedikasikan dirinya untuk menuntut ilmu dan berani untuk mengangkat harkat dan martabat wanita pada masanya, kini Kartini telah membawa perubahan bagi kaum wanita di Indonesia.

Maka, dengan menjadi wanita shalihah yang visioner, pastinya akan  paham pada  agamanya serta akan melahirkan generasi yang Rabbani (Arif dan Sholeh). Bagaimana bisa seorang wanita dapat  membentuk generasi yang Rabbani, jika wanita tersebut tidak pandai dalam membaca Al-quran. Bagaimana wanita tersebut akan menanamkan kepada diri generasi selanjutnya tentang keberanian yang haqiqi, jika wanita tersebut tidak paham mengenai sejarah pemuda hebat  yang membantu perjuangan nabi layaknya Muadz dan auf bin Afra. Dan bagaimana bisa seorang wanita dapat melahirkan anak yang cerdas dan alim, jika tidak tahu akan kisah dari Fatimah binti Ubaidillah, ibunda dari Imam Syafi.

“Sejarah itu akan terus berulang, yang berubah hanyalah Tokoh, Ruang dan Waktu.” Akankah sejarah akan membuktikan kembali lahirnya sosok Kartini pada zaman ini?. Dari Kartini kita banyak belajar bahwa menjadi wanita haruslah berilmu, tangguh, optimis dan tentunya visioner. Dan dari wanita shalihah yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam, kita banyak belajar pula bagaiamaa menjadi seorang wanita sholihah yang visioner yang akan menghadirkan generasi  gemilang dalam peradaban Islam.

Menjadi sosok yang dijadikan panutan bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan yang muncul, Apalagi di masa sekarang yang makin terwarnai dengan kesenangan duniawi yang penuh dengan carut marut, dimana mungkin tidak semua orang  mampu menghadapinya dengan ketenangan jiwa, dengan berkiblat pada kehidupan Kartini dan para wanita shalihah  tersebut dapat membantu para wanita hari ini agar tetap kokoh dalam misinya sebagai arsitek  peradaban Islam  yang terukir dengan tinta emas.

Namun pembuktian itu tidak hanya datang dengan rasa malas, dengan acuh terhadap ilmu pengetahuan dan agamanya. Jika dulu, Kartini tidak  memaksimalkan segala potensinya, mungkin hari ini kita tidak akan mengenal gearakan emansipasi yang dilakukan  oleh penulis buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.



Referensi 

https://www.gramedia.com/literasi/visioner/#:~:text=Visioner%20adalah%20sebuah%20cara%20pandang,potensi%20yang%20ada%20dan%20menyinergikannya.

https://mtsn1kebumen.sch.id/berita/detail/mengenal-sosok-perjuangan-dan-perjalanan-hidup-ra-kartini

https://www.gramedia.com/blog/6-sifat-teladan-kartini-nomor-empat-bisa-menginspirasimu/#:~:text=Kartini%20tidak%20membangkang%2C%20ia%20rela,mementingkan%20kepentingan%20bersama%20dibanding%20pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar