Selasa, 13 September 2022

Perempuan itu Kartini


Perempuan itu Kartini

oleh Adhi Karunia (IMM Prof.DR. Hamka Ponorogo)

       Paradigma yang disematkan masyarakat saat itu menyudutkan kaum perempuan. Perempuan hanya dipandang sebelah mata, sekiranya tak perlu untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi. Anggapan pada perempuan tak usah memiliki cita-cita setinggi langit, toh nantinya akan jadi ibu rumah tangga. Bagi mereka peran dan posisi perempuan tak lebih hanya pada batas urusan kasur, dapur, dan sumur.

    Hidup ditengah-tengah kondisi masyarakat yang konservatif membuat R.A Kartini gelisah. Sekitar usia 12 tahun beliau hanya tamat sekolah tingkat dasar. Kegelisahannya muncul karena impian untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi terpaksa harus pupus. Alasannya perempuan seusianya sudah tiba saatnya untuk dipingit. Tradisi pada masa itu bagi perempuan yamg sudah memasuki usia remaja dipersiapkan untuk dapat dinikahi oleh laki-laki. Dalam sejarahnya bagi orang tua yang memiliki anak perempuan, bagaimana caranya agar dapat dinikahi oleh laki-laki yang memiliki jabatan tertentu. Entah itu dengan cara memaksa anaknya atau cara lain yang tidak manusiawi.

    Sebagai perempuan yang tahu pentingnya pendidikan, Kartini ingin mengubah paradigma masyarakat yang melemahkan kaum perempuan. Baginya perempuan juga perlu mendapatkan hak pendidikan yang layak, kebebasan berkehendak dan jaminan hukum yang sama. Emansipasi yang diusung oleh Kartini merupakan gagasan dan cita-cita yang mulia.Tak lain tujuannya agar kaum perempuan terangkat martabatnya di mata masyarakat. Tidak hanya dijadikan objek semata untuk memuluskan kepentingan.

    R.A Kartini adalah salah satu putri dari priyayi di kota Jepara yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Menjadi putri salah satu orang terkemuka tidak membuatnya untuk berambisi menikmati kemewahan yang ada. Belum lagi beliau dijodohkan dengan Bupati Rembang, tentu kehidupannya pasti terjamin. Namun kepedulian sosial R.A Kartini terhadap kemanusiaan, khususnya pada kaum perempuan membuatnya tidak dapat berdiam diri. Dia terus mengasah kecerdasannya dengan membaca buku serta menulis surat-surat yang dikirimkan kepada temannya semasa sekolah yang tinggal di Belanda.

    R.A Kartini telah membuktikan bahwa perempuan juga memiliki potensi untuk sebuah peradaban. Perjuangannya untuk mengangkat derajat perempuan terus diupayakan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Ide dan gagasannya tersebut didapatkan dari buku yang dia baca, serta hasil surat menyurat dengan temannya yang tinggal di Belanda.

Menurutnya pemikiran barat dalam memandang perempuan dinilai lebih maju. Perempuan mendapatkan peran dan posisi yang setara di kalangan publik. Inilah yang membuatnya kemudian berinisiatif mendirikan sekolah bagi kaum perempuan. Sayangnya, belum sempat merasakan hasil dari idenya R.A Kartini telah tutup usia. Meskipun demikian sekolah yang didirikan justru menyebar ke berbagai kota. Begitulah perjuangan R.A Kartini sebagai perempuan.

Perempuan itu Kartini!

    Era teknologi dan informasi yang semakin maju dapat diambil nilainya dari dua sisi, sisi positif dan sisi negatif bagi kehidupan. Sisi positifnya dengan kemajuan teknologi kita dapat terbantu dalam menjalankan rutinitas dengan mudah, praktis dan cepat hal ini merupakan suatu kemewahan. Sisi negatifnya kemajuan teknologi dan luasnya informasi yang tak terbendung membuat kita gagap dalam mengolah dan menelaah informasi, selain itu lebih memilih pada hal yang bersifat praktis daripada harus berproses.

    Perjuangan emansipasi bagi perempuan belumlah usai. Masih banyak tindak kriminal yang mayoritas korbannya adalah perempuan. Seperti halnya kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, bahkan di era disrupsi saat ini kita kehilangan rasa kemanusiaan. Rasanya belum tepat jika para perempuan sendiri hanya sekedar memperingati Hari Kartini setiap tahunnya. R.A Kartini merupakan salah satu pelopor emansipasi kaum perempuan di negeri ini. Akankah di tengah kemewahan teknologi saat ini perjuangannya tetap tumbuh dan hidup?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar