Kamis, 29 September 2022

 Kartini Hanyalah Biografi.

oleh Hesti Awandani Pangestu (PK IMM Prof Hamka)

Berbicara tentang perempuan menjadi suatu narasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini berdasarkan beberapa stigma yang disematkan khalayak umum terhadap perempuan. Seperti halnya yang dialami oleh perempuan di era sebelum abad ke-20. Dimana peran dan posisi perempuan pada masa itu hanya selesai pada aktivitas yang berkaitan tentang kasur, sumur, dan dapur. Maka dengan latar yang memprihatinkan tersebut membuat RA Kartini bertekat untuk memperjuangkan emansipasi wanita. 

Mengulas di era sebelum abad ke 20 keadaaan masyarakat Indonesia yang mengabaikan harkat martabat perempuan, menganggapnya lemah dan menjadikan perempuan sebagai objek gairah semata. Tak cukup itu, bahkan perempuan juga dilarang untuk berpendidikan [hanya anak pejabat atau pegawai pemerintah] yang boleh mengenyam pendidikan, itupun juga dibatasi bagi kaum perempuan. Maka, urgensi daripada emansipasi wanita hari ini mungkin lebih cenderung pada menekan angka kekerasan terhadap perempuan. Menurut data Komnas Perempuan 2022 tercatat 338.496 kasus kekerasan berbasis gender [KBG] kepada perempuan. 

Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini, lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan wafat pada tanggal 17 September 1904 di Rembang. Beliau merupakan sosok wanita pribumi yang dilahirkan dari keturunan bangsawan. RA. Kartini adalah purti dari R.M.A.A. Sosrodiningrat dan M.A. Ngasiroh. R.A Kartini menikah pada umur 24 tahun dengan Bupati Rembang K.R.M Adipati Ariyo Singgih Djojo Adhiningrat. RA Kartini merupakan tokoh emansipator Indonesia yang semasa hidupnya memperjuangkan hak wanita [kesetaraan]. Dengan keberanian dan tekad yang kuat serta cita-cita luhurnya mampu mendobrak kebodohan dan kenekan paham diskriminasi.

Hari Kartini ialah hari untuk mengenang sosok luar biasa dalam diri R.A Kartini sebagai pahlawan perempuan dan tokoh emansipasi wanita. Maka dari itu, inilah momentum dimana sosok Kartini itu hadir dalam insan perempuan pada hari ini. Sebagai bentuk konkrit adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. 

Bila dipandang dari kacamata gender bahwa hari ini kesetaraan itu memang telah diperoleh perempuan. Terbukti tidak sedikit perempuan hari ini yang mampu bersaing dan menduduki kursi penting di negeri ini. Namun, merdeka dalam pemikiran masih menjadi tumpang-tindih. Pentingnya pendidikan juga masih dipertanyakan. Terlebih lagi budaya  patriarki masih kental mengakar pada setiap lini kehidupan masyarakat saat ini. Dan maraknya kasus pelecehan terhadap perempuan. Tantangan Kartini masa kini akan jauh lebih berat, karena Kartini masa kini harus berjuang mempertahankan eksisitensi daripada kesetaraan tersebut. Terlebih di dunia pendidikan.

Mengingat perempuan adalah ibu dan ibu merupakan madrasah pertama bagi anak- anaknya, oleh karenanya pendidikan bagi perempuan tidak hanya sekedar perlu, tetapi patut  mendapat perhatian lebih. Bagaimanapun bentuk pendidikannya, keluarga merupakan aspek utama. Dan perempuan mempunyai peranan yang cukup signifikan didalamnya. Agar Kartini tidak hanya sekedar biografi, maka perempuan memiliki peran untuk membangkitkan semangat Kartini hari ini dalam upaya bagaimana sosok perempuan itu dapat menginspirasi perempuan lainnya dan mampu menjawab keadaan mengenai problematika budaya patriarki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar