Sabtu, 28 Juni 2025

Eksistensi Kesehatan Mental dalam Perspektif Kesehatan Global


 Disusun Oleh :
Rossana Mutia Azzahra
KAMA IMM FIK

Kesehatan mental merupakan hal yang kerap menjadi perbincangan dalam lingkup orang dewasa muda. Berbeda dengan lansia dan anak-anak yang kurang memperhatikan kesehatan mental. Padahal kesehatan mental memiliki kedudukan yang sama dengan kesehatan fisik yang membuat keduanya kerap kali disangkut pautkan. Kesehatan mental berhubungan dengan perilaku individu sedangkan kesehatan fisik berhubungan dengan kondisi tubuh individu.

Dalam lingkup kesehatan, fisik dan mental merupakan dua hal yang saling berdampingan. Memiliki arti yang sama dengan jiwa dan raga, rohani dan jasmani, mental dan fisik merupakan dua komponen utama dalam diri manusia. Keduanya saling terikat dan berkesinambungan, saling berdampak bagi satu sama lain, dan berorientasi pada satu sistem yaitu otak. Ketika salah satunya terganggu maka yang lain akan mendapat sinyal tertentu sebagai tanda adanya ketidaksesuaian dalam tubuh.

Arti sehat dalam cakupan luas tidak melulu tentang keadaan fisik, baik yang dapat dilihat indera manusia maupun yang memerlukan bantuan alat. Pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 dikatakan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dimana fisik, mental, dan sosial seseorang memungkinkannya untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. Sedangkan keadaan dimana tubuh tidak berjalan sesuai fungsinya, atau bahkan tidak menjalankan fungsinya disebut dengan gangguan kesehatan.

Di Indonesia, angka gangguan mental emosional pada orang dewasa mencapai 11,6% yang mencakup gangguan kecemasan dan depresi. Yang artinya terdapat 1.740.000 dari 150.000.000 orang dewasa yang mengalami gangguan mental tersebut. Data tersebut diambil dari Data Riskesdas pada tahun 2007.

Melihat fakta diatas dapat diketahui bahwa di Indonesia banyak terdapat penderita gangguan mental. Sudah semestinya masalah kesehatan mental digagas dan ditindaklanjuti. Namun nyatanya kesehatan mental masih kurang mendapat perhatian dan salah penanganan. Minimnya pengetahuan akan kesehatan mental pada masyarakat membuat masalah ini belum juga teratasi. Masyarakat kerap mengaitkan gangguan kesehatan mental dengan keberadaan makhluk halus, atau supranatural dan kondisi tersebut dianggap sebagai ‘aib’ yang harus disembunyikan. Oleh sebab itu, pandangan atau perspektif masyarakat terhadap masalah kesehatan mental harus diubah agar penanganan kesehatan mental dapat menjadi prioritas global.

Pemahaman mengenai kesehatan tak luput dari keadaan mental. Mental yang sehat pada diri manusia yang normal akan menunjukkan sikap dan tingkah laku yang sesuai norma kehidupan dan dapat diterima oleh masyarakat, sehingga tercipta hubungan yang baik antara diri sendiri dan orang lain (Kartono, 1989). Kesehatan mental merupakan keadaan dimana seseorang mampu mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan tanpa mengalami tekanan (stress).

Menurut Karl Menninger, orang yang bermental sehat akan mampu menahan diri, memikirkan perasaan orang lain, menunjukkan kecerdasannya, dan bersikap hidup bahagia. Sehingga dengan mental yang sehat hubungan dengan lingkungan juga akan baik. Hal tersebut sesuai dengan konsep Person in Environtment, yang mana dijelaskan bahwa lingkungan dan keberadaan individu akan saling mempengaruhi. Kondisi lingkungan akan membawa dampak sehingga akan terjadi perubahan pada individu tertentu, dan juga kehadiran individu akan menciptakan kondisi yang dinamis untuk lingkungan.

Keadaan dimana seseorang sulit beradaptasi dengan kondisi disekitarnya disebut dengan gangguan kesehatan mental. Ketidakmampuannya dalam menyelesaikan masalah akan membuatnya stress dan membuat mental individu menjadi lebih rentan terhadap ganguan kesehatan mental. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut maka individu dapat dinyatakan terkena gangguan kesehatan mental.

Ada banyak jenis gangguan kesehatan mental. Diantaranya ialah gangguan mood (Mood Disorder), gangguan kecemasan (Anxiety Disorder), depresi, gangguan kepribadian (Personality Disorder), gangguan psikotik (Psychotic Disorder) seperti Skizofrenia, gangguan makan (Eating Disorder), gangguan disosiatif (Dissociative Disorder), stress response syndrome, stress pasca-trauma (Post Traumatic Stress Disorder), gangguan kontrol impuls dan kecanduan (Impulse Control and Addition Disorder), dan obsessive-compulsive disorder (OCD). Tiap-tiap jenis gangguan kesehatan mental memiliki faktor penyebab dan ciri masing-masing sehingga cara penanganannya juga berbeda-beda.

Saat ini, gangguan kesehatan mental masih kurang mendapat perhatian dan penanganan yang baik. Masyarakat seolah tak acuh terhadap masalah kesehatan mental. Dilihat dari banyaknya kasus gangguan kesehatan mental membuktikan bahwa edukasi tentang kesehatan mental masih kurang. Terdapat 8,9% dari jumlah penduduk berusia 75 tahun keatas mengalami depresi, yang mana memang pada usia tersebut dianggap rentan terhadap gangguan kesehatan mental. Pada tahun 2018 menurut data Riskesdas, gangguan mental emosional ditemukan pada lebih dari 19.000.000 orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sedangkan, dengan usia yang sama terdapat lebih dari 12.000.000 orang mengalami depresi, dan angka penderita gangguan kesehatan mental masih terjadi peningkatan pada setiap tahunnya di Indonesia.

Persepsi masyarakat terhadap kesehatan mental di Indonesia juga masih dinilai buruk. Penanganan yang tidak menyenangkan terhadap penderita gangguan kesehatan mental juga sering ditemukan seperti adanya tindakan pasung dan suntik asal-asalan. Angka orang yang pernah atau sedang dipasung dinilai cukup tinggi, yaitu sebanyak 14,3% atau sekitar 57.000 orang. Angka korban pemasungan di pedesaan sebanyak 18,2%, 7,5% lebih banyak dari pada jumlah angka pemasungan yang terjadi kota besar. (Riset Kesehatan Dasar, tahun 2013). Kekerasan fisik dan emosional juga dilakukan terhadap penderita gangguan kesehatan mental yang menunjukkan bahwa masyarakat memang masih kurang peduli terhadap masalah kesehatan ini.

Kurangnya kepedulian masyarakat berhubungan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat kepada penderita gangguan kesehatan mental. Pengetahuan dan sikap yang baik akan berpengaruh pada proses penyembuhan. Saat ini, sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang dengan gangguan kesehatan mental tidak dapat disembuhkan. Ditambah lagi tindakan keluarga dan masyarakat sekitar yang menyebut mereka dengan sebutan orang gila, mengucilkan mereka, dan menutup akses dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut menyebabkan penderita yang sedang dalam tahap pemulihan mengalami stress berkelanjutan bahkan membuat gangguan kesehatan mental penderita kambuh lagi. Kejadian tersebut dialami secara berulang dan terus menerus sehingga penderita memiliki kemungkinan yang kecil untuk disembuhkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan dan sikap yang buruk masyarakat dapat menghambat proses penyembuhan pada penderita gangguan kesehatan mental.

Sementara itu, eksistensi kesehatan mental dapat ditemukan dimana saja baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Sehingga semakin besar pula kemungkinan terjadinya masalah kesehatan mental. Buruknya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penderita gangguan mental menjadi penyumbang terbesar rendahnya pemahaman tentang kesehatan mental. Di samping itu, ternyata kemajuan teknologi juga membawa dampak buruk terhadap pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan mental. Terutama dialami oleh remaja dan dewasa muda. Banyak informasi tentang kesehatan mental yang dapat diterima melalui internet. Hal tersebut memicu terjadinya self-diagnosis. Self-diagnosis merupakan keadaan dimana seseorang mendiagnosis diri secara mandiri menggunakan pengetahuan atau informasi yang dimiliki. Self-diagnosis sebenarnya adalah asumsi pribadi yang kemungkinan salah dan menyebabkan kekhawatiran berlebihan. Kekhawatiran tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Dampak buruk teknologi terhadap kesehatan mental juga dirasakan mereka yang mendapat perlakuan buruk melalui media sosial. Banyak pengguna media sosial mendapat Cyberbullying baik dari orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Cyberbullying merupakan bentuk bully atau perundungan yang dilakukan menggunakan teknologi digital di dunia maya. Tindakan tersebut dilakukan secara berulang dengan tujuan membuat korban merasa takut, marah, dan malu. Dampak cyberbullying terhadap kesehatan mental yaitu timbulnya trauma pada korban, hilangnya rasa percaya diri, depresi, gangguan kecemasan yang dapat memicu tindakan percobaan bunuh diri.

Dari contoh-contoh kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tersebut menunjukkan bagaimana rentannya eksistensi kesehatan mental di masyarakat. Maka untuk meningkatkan eksistensi kesehatan mental di masyarakat perlu dibangun perspektif yang baik terhadap kesehatan mental. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengetahuan yang komprehensif tentang kesehatan mental sehingga mampu mewujudkan perilaku dan tindakan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan penderita gangguan kesehatan mental.

Maka perlu digarisbawahi bahwa pengetahuan akan kesehatan mental membawa seseorang dalam bersikap dan menyikapi masalah kesehatan mental. Pengetahuan tersebut juga akan membuat seseorang berpikir akan kesehatan  mental pada dirinya sendiri dan lingkungannya. Salah satunya dengan penerapan etika bersosial media sebagai upaya dalam pencegahan masalah gangguan kesehatan mental. Terakhir bahwa pengetahuan tentang kesehatan mental akan menuntun seseorang dalam berperilaku kepada penderitanya. Kesemuanya itu secara menyeluruh akan membentuk personalitas individu, khususnya dalam hal kesadaran eksistensi kesehatan mental.

Jadi, pengetahuan tentang kesehatan mental diperlukan sebagai landasan dalam membentuk personalitas dalam diri individu. Personalitas individu-individu akan membentuk karakter atau kepribadian komunitas dan masyarakatnya. Sedangkan perspektif, wawasan dan kepribadian komunitas dan masyarakat tentang eksistensi kesehatan mental pada suatu negara pada akhirnya akan mempengaruhi eksistensi kesehatan mental dalam perspektif kesehatan secara global baik dalam lingkup kejadian di alam nyata maupun fakta kejadian di dunia internet.

Editor : Tessa Amelia F.W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar