Oleh : Annya Shakty Indraprastha
Mahasiswi Fisioterapi
2022
1. Pendahuluan
Saat ini E-Sports sangat populer pada generasi Gen Z dan millenial, berbagai ajang turnamen dalam skala nasional dan internasional banyak memotivasi para atlet E-Sports untuk berkompetisi di ajang yang lebih tinggi. Olahraga elektronik (E-sports) mulai mendapatkan popularitas di komunitas game di awal 2000-an (Hamari & Sjöblom, 2017), mencapai perkiraan massa 395 juta orang di seluruh dunia di 2018 (Wattanapisit et al., 2020). Pertumbuhan eksponensial E sports di dunia (Jenny et al., 2017) telah menyebabkan rekreasi ini aktivitas yang diakui sebagai olahraga (Wattanapisit et al., 2020), kemajuan di bidang ini telah menghasilkan 201,2 juta konsumen E-Sports (Difrancisco-Donoghue et al., 2019), yaitu, secara aktif berpartisipasi atau mengikuti acara E-Sports, sementara 1757,5 juta orang telah mendengarnya E-Sports tanpa berpartisipasi atau menontonnya (Seo, 2013).
2. Hubungan gaya hidup sedenter dengan olahraga E-Sport
Fenomena E-Sports akhir-akhir ini mungkin bisa dibilang sedang naik daun, namun untuk games yang bertemakan E-Sports ini ternyata memiliki karakteristik yang berbeda dengan games lainnya. Karakteristik games E-Sports yang paling utama adalah bersifat kompetitif, karena pada games E-Sports biasanya terbentuk dari hanya perorangan atau tim yang memiliki tujuan untuk menang dan kemahiran dalam bermain game merupakan faktor utama untuk menentukan hasil pertandingan yang diinginkan. Karakteristik lainnya pemain cenderung berada di posisi yang statis dalam waktu yang lama dan cabang olahraga ini membuat para atlet condong lebih pasif daripada aktif, dari karakteristik tersebut menjadikan para pemain atau atlet untuk melakukan latihan dengan intensitas waktu penggunaan devices untuk bermain yang sangat tinggi untuk melatih kemahirannya dalam bermain, sehingga membuat para pemain atau atlet E-Sports cenderung berdiam diri atau menetap di depan layar komputer atau handphone dengan waktu yang lama yang berakibat malasnya bergerak dan sedikit melakukan aktivitas fisik, dengan kebiasaan tersebut maka akan memicu adanya gaya hidup sedenter. Gaya hidup sedenter atau sedentary lifestyle adalah suatu pola hidup yang tidak sehat, dimana seseorang atau individu cenderung malas bergerak dan melakukan aktivitas fisik dan menghasilkan sedikit kalori terbakar, kurang dari 1 METs. Adapun klasifikasi individu dikatakan mengalami gaya hidup sedenter terbagi menjadi tiga level berdasarkan durasi waktu, yakni: (a) level rendah, dengan durasi kurang dari 2 jam; (b) level menengah, dengan durasi 2-5 jam; (c) level tinggi, dalam durasi lebih dari 5 jam. Gaya hidup ini ternyata berpotensi menyebabkan permasalahan kesehatan lebih lanjut.
3. Anomali terhadap atlet E-Sports
E-Sports merupakan olahraga yang terbuka bagi siapa pun. Sebab E-Sports dapat dimainkan oleh siapa saja, bahkan E-Sports bisa dimainkan oleh penyandang disabilitas dan gampang diakses melalui devices seperti handphone dan komputer. Semenjak E-Sports menjadi salah satu cabang dari olahraga banyak agensi-agensi yang merekrut para pemain E-Sports untuk menjadi atlet yang akan bertanding di berbagai kompetisi, akan tetapi cabang olahraga ini berbeda dengan cabang olahraga lainnya, seperti yang diketahui bahwa yang namanya olahraga idealnya melakukan gerakan secara aktif dan banyak melakukan aktivitas fisik sehingga menjadikan para atlet tersebut menjadi lebih sehat, namun hal tersebut cukup berbeda dengan olahraga E-Sports yang aktivitasnya hanya duduk diam dan pemain menjadi tidak aktif sehingga pemain atau atlet akan berisiko tinggi mengalami permasalahan yang melebihi dari hidup sedenter, jadi walaupun E-Sports masuk cabang olahraga akan tapi olahraga ini hanya membuat atlet lebih banyak diam dibandingkan bergerak aktif, sehingga jika atlet melakukan hal tersebut dengan tidak memperhatikan gaya hidupnya dan tidak ada penanganan lebih lanjut di kemudian hari, maka akan berpengaruh pada kesehatannya. Karena gaya hidup sedenter ini sangat berpengaruh langsung terhadap metabolisme, kandungan mineral tulang, kesehatan kardiovaskular, cedera fisik, dan psikologis. Saat individu terbiasa dengan gaya hidup sedenter, otak tidak distimulasi untuk memproduksi protein yang disebut brain derived neutrophic factor (BDNF). Protein tersebut berfungsi untuk menjaga sel saraf otak tetap sehat, dan hanya diproduksi apabila seseorang melakukan aktivitas fisik. Maka dari itu gaya hidup sedenter bisa berakibat fatal jika tidak ada penanganan lebih lanjut.
4. Risiko kebiasaan sedenter pada atlet E-Sports terhadap kondisi kesehatan
Berbagai penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa anomali terhadap aktivitas sedenter pada atlet E-Sports sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena hal ini berkaitan erat dengan gaya hidup sedenter sehingga permasalahan yang dapat terjadi berupa cedera fisik dan gangguan psikologis, untuk cedera fisik meliputi adanya gangguan musculoskeletal seperti, forward head posture karena mempertahankan posisi menunduk ke arah layar game dengan waktu yang lama, yang mana akan terjadi ketegangan pada otot leher, lalu ada Low back pain (LBP) dikarenakan adanya kompresi berlebih pada diskus intervertebralis saat duduk dibandingkan dengan posisi berdiri,, kemudian ada De Quervain Syndrome dan Carpal tunnel Syndrome (CTS) kedua diagnosis tersebut bisa muncul karena akibat otot mengalami overused yang dapat menyebabkan spasme dan peradangan, yang pada akhirnya bisa menjadikan kompresi pada saraf dan bisa menimbulkan rasa nyeri. Selain itu diikuti juga adanya gangguan psikologis yang bisa mengakibatkan munculnya permasalahan seperti kegelisahan, depresi, frustasi, mudah khawatir, anxiety atau cemas, gampang mengalami stress dan Internet Gaming Disorder (IGD). Internet gaming disorder merupakan gangguan yang terjadi pada pemain E-Sports yang bermain dengan intensitas waktu yang cukup panjang dengan rata-rata 10 jam. Sehingga dengan adanya permasalahan baik dari cidera fisik hingga gangguan psikologis akan berpengaruh terhadap interaksi sosial di masyarakat yang mana hal tersebut juga bisa ditinjau dari durasi game yang berlebihan, yang akan membuat individu ini akan menjadikan game sebagai tempat pelarian dari kenyataan.
5. Langkah promotif dan preventif untuk penurunan risiko sedenter pada pemain E-Sports
Berdasarkan risiko permasalahan yang dapat terjadi pada atlet yang memiliki gaya hidup sedenter akan berisiko mengalami permasalahan terhadap gangguan musculoskeletal dan psikologis, sehingga atlet yang mengalami permasalahan tersebut akan mempengaruhi performa baik dirinya sendiri maupun tim kedepannya. Banyak pemain atau atlet yang harus istirahat bahkan pensiun diakibatkan adanya permasalahan musculoskeletal dan psikologis yang dialaminya. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan tersebut pemain atau atlet diharapkan untuk memperhatikan lebih lanjut dengan kondisi tubuhnya, dan memiliki kesadaran betapa berbahayanya gaya hidup sedenter jika tidak ditindaklanjuti, sebagai pelatih fisik dan fisioterapi dapat memberikan program-program preventif seperti program fleksibilitas, program kardiovaskular dan respirasi, program penguatan, dan juga program relaksasi. Karena kebugaran dan kesehatan para atlet sangat perlu diperhatikan agar performa saat bertanding dapat bermain dengan maksimal. Berikut beberapa program preventif yang dapat diberikan kepada atlet E-Sports.
a) Program fleksibilitas untuk otot pada atlet
Program fleksibilitas bermanfaat untuk merileksasikan otot-otot pada leher, punggung, pinggang, bahu, lengan, dan pada pergelangan tangan yang bekerja ketika bermain, menghindari terjadinya cedera, ketegangan otot, nyeri, kram, maupun kesemutan ketika bermain maupun setelah bermain. Salah satu latihan pada program fleksibilitas ini yaitu latihan peregangan atau stretching. Beberapa latihan stretching yang bisa diberikan untuk atlet E-Sports, antara lain stretching pada punggung, stretching pada leher, dan stretching pada pergelangan tangan, dengan masing-masing berdurasi 15-20 menit per harinya, antara lain: (a) stretching pada pergelangan tangan seperti wrist stretch- 3x10 detik di setiap tangan, latihan ini bermanfaat untuk meregangkan otot-otot bagian flexor dan ekstensor pada tangan, (b) stretching pada leher, seperti side to side head turns- 1x10 setiap sisi (tahan selama 5 detik untuk setiap sisinya) dan neck rotations- 1x10 setiap sisi ( tahan selama 5 detik untuk setiap sisinya) kedua latihan tersebut sangat bermanfaat untuk meregangkan otot-otot pada leher seperti sternocleidomastoideus dan juga scaleni, dan (c) stretching pada punggung seperti , bridges- 2x10 reps (tahan selama 3 detik ketika naik) back to heel stretch- 2 x 10 reps (tahan selama 5 detik di setiap posisi), untuk latihan tersebut sangat bermanfaat untuk meregangkan otot abductor hip, gluteus maximus, dan juga hamstrings, child’s pose- 1x3 reps (tahan selama 30 detik) latihan ini bermanfaat juga untuk meregangkan otot punggung ke bawah, dan cobra stretch 1x5 reps (tahan selama 10 detik) yang bermanfaat untuk meregangkan otot perut dan juga punggung bagian bawah.
b) Program kardiovaskular dan respirasi
Program kardiovaskular dan respirasi ini bermanfaat untuk meningkatkan endurance atau daya tahan dari atlet agar ketika bermain atau bertanding dalam waktu yang panjang, performa pemain tidak turun dan bisa stabil. Salah satu latihan pada program ini adalah latihan aerobik, selain itu manfaat pemberian program latihan ini berguna juga untuk membentuk kekompakan tim dan juga interaksi antar sesama. Beberapa latihan yang dapat dilakukan, yaitu bersepeda di dalam ruangan gym atau di luar ruangan, bermain bola, dan bermain basket. Untuk pemberian latihan aerobik disarankan 2-3 kali per minggu dengan durasi 30-60 menit per sesinya. contoh program jogging dengan durasi mulai dari 30-60 menit atau lebih dengan intensitas mudah hingga sedang, atau 60-75% dari detak jantung maksimum atlet.
c) Program penguatan untuk otot pada atlet
Program ini bermanfaat untuk memperbaiki postur tubuh, menjaga dan meningkatkan kekuatan tubuh terutama otot-otot yang ada di pergelangan tangan, lengan, bahu, core muscle, dan juga yang ada di hip, dan juga untuk mencegah terjadinya cedera bagi para atlet E-Sports. Program penguatan ini dapat diberikan 2-3 per minggu dengan durasi 30-45 menit per sesinya. Latihan pada program ini terbagi menjadi 2 jenis latihan, yaitu latihan endurance dan latihan strengthening. Untuk latihan endurance bertujuan untuk meningkatkan daya tahan otot sehingga ketika bermain para atlet tidak mudah lelah ketika bermain game dalam waktu yang lama. Kita dapat memberikan latihan seperti wall sit- 3 set (tahan selama 1-2 menit) yang berguna untuk meningkatkan otot pada paha, push-up- 3 set (repetisi maksimal untuk setiap set) latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan otot lengan bagian atas, dan split squats- 3 set (10-12 repetisi) bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot yang ada di bokong dan juga paha bagian depan. Untuk latihan strengthening bertujuan untuk meningkatkan massa otot untuk menjaga postural dan meningkatkan kekuatan otot. Kita dapat memberikan latihan seperti bench press- 10-15 repetisi yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dada, bahu, dan juga lengan, seated shoulder press- 15-10 repetisi bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot bahu, dan bicep curl- 3-4 set, 8-12 repetisi yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot biceps brachii.
d) Program relaksasi
Program relaksasi ini selain untuk relaksasi otot juga bermanfaat untuk manajemen stress pada atlet. Karena di setiap pertandingan ada yang namanya menang dan kalah, sehingga banyak atlet mengalami stress dan tertekan ketika timnya mengalami kekalahan. Dengan adanya program relaksasi ini dapat membantu atlet untuk mengontrol stress karena mengalami kekalahan, sehingga atlet tidak akan merasakan stress yang akan mempengaruhi performa dalam bermain. Bentuk program relaksasi yang dapat diberikan ialah breathing techniques, imagery, meditation, progressive muscle relaxation, mendengarkan musik dengan durasi 15-30 menit dan untuk mengoptimalkan dalam pertandingan dapat diberikan 1-2 jam sebelum bertanding. Selain itu program relaksasi ini juga harus dilakukan secara rutin setiap hari walaupun sedang tidak ada pertandingan atau sedang beristirahat agar para atlet atau pemain E-Sports tidak merasakan stress yang berlebihan. Lakukan hal tersebut secara rutin lalu dibarengi dengan beristirahat yang cukup untuk menurunkan rasa stress dan mengonsumsi makanan yang sehat setiap harinya, dengan begitu dampak hidup sedenter dapat diminimalisir dan atlet akan berada di top performance saat bertanding.
6. Kesimpulan
Dengan meningkatnya minat dan popularitas E-Sports pada kalangan masyarakat, menjadikannya sebagai ajang turnamen resmi tingkat nasional dan internasional, sehingga banyak terlahirnya atlet E-Sports di mancanegara. Tanpa diketahui ternyata cabang olahraga ini memiliki karakteristik yang kebanyakan hanya duduk dan diam sehingga hal ini menjadi sebuah anomali dari olahraga yang biasanya. Berbagai penelitian telah dilakukan dan menunjukkan bahwa "olahraga" E-Sports berpotensi tinggi terkait terjadinya cedera karena kurangnya aktivitas fisik pada individu, dengan permasalahan tersebut maka atlet akan terjadi penurunan performa sehingga tidak dapat memenangkan kompetisi. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan meningkatkan aktivitas fisik dan melakukan olahraga untuk menghindari terjadinya perilaku sedenter.
Daftar
Pustaka
Janah, N., & Nugroho, P. S. (2021). Risiko
Perilaku Kurangnya Aktivitas Fisik dan Mengkonsumsi Buah Terhadap Kejadian
Obesitas Pada Remaja. Borneo Student Research, Vol. 3, No. 1.
Kurniawan, F. (2019). Available online at
https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpresJORPRES (Jurnal Olahraga Prestasi),
1E-Sport dalam Fenomena Olahraga Kekini. Jurnal Prestasi Olahraga, Vol. 15, No.
2.
Muharram, I., Hidayatullah, M. F., & Riyadi, S.
(2024). Respon Stigma Negatif E-Sport dan Kesehatan: Literature Review.
Prosiding Seminar Nasional Wijayakusuma National Conference, 120-127.
Sinatra, F., & Rochmania, A. (2022). GANGGUAN
KESEHATAN PADA ATLET E SPORT JATIM DIVISI MOBILE LEGENDS. Jurnal Prestasi
Olahrag, Vol 5, No 6.
Tremblay, M., Colley, R., Saunders, T., Healy, G., & Owen, N. (2010). Physiological and health implications of a sedentary lifestyle. Applied Physiology Nutrition and Metabolism , 725-720