Senin, 28 Desember 2020

WAYANG KULIT SEBAGAI ASET BERHARGA INDONESIA

    Kebudayaan yang dimiliki oleh negeri ini sangatlah banyak. Tidak heran jika masing-masing daerah yang ada di Indonesia memiliki beraneka ragam budaya yang ada. Salah satu daerah yang cukup populer bagi masyarakat Indonesia mengenai kebudayannya yakni Jawa Tengah. Begitu banyak budaya yang melekat di daerah Jawa Tengah dan perlu untuk dilestarikan oleh kalangan muda salah satunya adalah wayang kulit. Hal ini dikarenakan seiring berkembangnya zaman dan majunya teknologi tentunya memberikan tugas baru bagi kalangan muda untuk tetap melestarikan dan mencintai budaya wayang kulit ini. 

        Pada umumnya wayang kulit bukan hanya berada di Jawa Tengah, namun wayang kulit juga tersebar di seluruh pulau Jawa. Wayang adalah salah satu jenis kebudayaan Jawa yang telah ada dan dikenal oleh masyarakat Jawa sejak ±1500 tahun yang lalu. Bahkan bukan hanya di Jawa saja, pertunjukan wayang kulit juga telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Hal ini menjadi sebuah kebanggan bahwa kebudayaan wayang kulit sudah mendunia.

   Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang, namun tidak sembarang orang dapat menjadi dalang karena keahlian dan wawasan mengenai wayang ataupun kisah yang akan diangkat juga harus di perhatikan. Ki Nartosabdo, Ki Anom Suroto, Ki Manteb Soedharsono, serta Ki Slamet Gundono merupakan para dalang wayang kulit terkenal yang berasal dari Jawa Tengah. Selain itu, pertunjukkan wayang kulit juga diiringi oleh lantunan gamelan jawa yang menabuh disebut dengan niyaga serta lantunan syair-syair indah oleh sinden. Pada prinsipnya niyaga dan pesinden membantu dalang sebagai pengiring berjalannya cerita wayang yang diangkat.       Pertunjukkan wayang kulit biasa dilaksanakan ketika malam hari. Tak heran jika penikmat wayang kulit ini kebanyakan kalangan pria. Namun, memungkinkan juga para wanita juga menyukai wayang kulit karena kisah indah yang diangkat oleh pertunjukkan wayang kulit tersebut. 

 Pertunjukan wayang kulit dalam pergelarannya ternyata memiliki tahapan-tahapan yang berurutan. Pergelaran Wayang kulit senantiasa terdiri dari beberapa bagian atau adegan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Tiap-tiap bagian melambangkan fase atau tingkat tertentu dari kehidupan manusia. Bagian-bagian tersebut antara lain:

  1. Jejer (adegan pertama), melambangkan kelahiran bayi dari kandungan ibu diatas dunia serta perkembangan masa kanak-kanak sampai meningkat hingga dewasa
  2. Perang gagal, melambangkan perjuangan manusia muda untuk melepaskan diri dari kesulitan serta penghalang dalam perkembangan hidupnyaP
  3. erang kembang, melambangkan peperangan antara baik dengan buruk yang akhirnya dimenangkan oleh pihak yang baik. Perang kembang berlangsung setelah lepas tengah malam. Artinya filosofisnya yaitu setelah orang mengakhiri masa muda sampailah masa dewasa.
  4. Perang brubuh, melambangkan kehidupan manusia yang akhirnya mencapai kebahagiaan hidup hingga penemuan jati diri.
  5. Tancep kayon, melambangkan berakhirnya kehidupan artinya pada akhirnya manusia mati, kembali kealam baka menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa

   Pertunjukan wayang pada hakikatnya merupakan suatu lambang yang bersifat religius-mistis, yaitu lambang kehidupan manusia dari lahir sampai mati sebagaimana tercermin dalam struktur wayang. Bahkan, hampir semua aspek pewayangan, seperti bentuk-bentuk fisik wayang dan berbagai peralatan yang dipergunakan adalah berfungsi pelambangan

      Beberapa filosofi tentang kata wayang dapat diartikan sebagai gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kayu, dan sebagainya untuk mempertunjukan sesuatu lakon atau cerita. Arti lain dari kata wayang ialah ayang-ayang atau dalam Bahasa Indonesia dapat ditafsirkan dengan arti bayangan, karena dalam pertunjukkan wayang kulit bahwa yang dilihat adalah bayangan dalam kelir. Sejarah wayang yang semula bayang-bayang (wujud roh) kini menjadi wayang kulit purwa, layar menjadi kelir, syaman (medium) menjadi dalang, saji-sajian menjadi sajen, lagu pujian menjadi suluk, gerong, dan sindhenan, bunyi-bunyian menjadi gamelan, tempat pertunjukan (tahta batu) menjadi batang pisang, blencong menjadi lampu penerangan, dan sebagainya. 

   Wayang berfungsi sebagai pelestarian budaya lokal khususnya Jawa untuk dijadikan sebagai budaya Nasional karena memiliki nilai-nilai yang sangat komplek seperti agama, akhlaq, pendidikan, seni dan sebagainya. Filosofi wayang sangatlah tinggi karena kita menceritakan tentang berbagai lakon carangan dan cerita aslinya. Namun, seiring perkembangan dari zaman ke zaman, wayang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat pendukungnya, baik dalam bentuk atribut, fungsi maupun peranannya. Wayang telah melewati berbagai peristiwa sejarah dari generasi ke generasi. Budaya pewayangan telah melekat dan menjadi bagian hidup dari bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. 

       Wayang kulit memiliki aspek berharga bagi negeri ini. sudah dibuktikan bukan hanya di dalam negeri wayang menggoreskan sejarah namun wayan telah tiba di kancah  internasional. Sebagai kalangan muda tentunya mempunyai peran yang sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi wayang kulit diberbagai kalangan. Sebagai penerus bangsa dan pemegang kehidupan selanjutnya, wajib tahu akan pentingnya peranan ini. 


Oleh IMMawati Salma Widya A.

PK IMM FIK UMS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar