Selasa, 01 Juli 2025

Budaya Bukan Penghalang untuk Kesetaraan

 


Disusun Oleh:
Nauval Aldilano Arwa Kananta
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Semakin bertambahnya usia seorang manusia, maka semakin paham dan mengertilah dia mengenai dunia sekelilingnya, karena semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang ia dapatkan dari dunia sekelilingnya, seseorang akan semakin peka terhadap isu-isu yang sedang hangat di sekelilingnya, seperti yang kita ketahui, semakin berkembangnya teknologi sekarang ini, dibarengi dengan adanya globalisasi, isu mengenai kesetaraan gender banyak digaungkan di kalangan anak muda khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

Seperti yang kita ketahui, permasalahan kesetaraan gender atau yang biasa kita sebut sebagai isu kesetaraan gender menjadi topik pembahasan yang masih eksis sampai sekarang ini, entah karena apa isu tersebut masih menjadi suatu hal yang sering diperbincangkan dalam suatu diskusi atau hanya sekedar dalam suatu pembicaraan biasa, sehingga akan membuat kita bertanya-tanya, kenapa hal tersebut terjadi? Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kesetaraan gender itu? Dan apa yang diinginkan dari salah satu gender terhadap gender yang lain sebenarnya? Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, isu gender ini memang menjadi suatu hal yang begitu fundamental untuk dibahas, sehingga dapat terjalinnya kehidupan yang lebih harmonis dan berkesinambungan lagi kedepannya.

Banyak berita yang mengabarkan tentang ketidakadilan yang diterima oleh seorang wanita dalam kaitannya di dunia kerja, mulai dari hal-hal yang berbau verbal, hingga pelecehan seksual yang berujung pada kehamilan. Lantas bagaimana kita sebaiknya menyikapi hal tersebut? 

Mau tidak mau kita sebagai generasi muda, sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya, maka harus lebih peduli dan cermat terhadap sekeliling khususnya mengenai kesetaraan dan keadilan di antara sesama manusia, apalagi yang berbeda gender. Terkadang kita masyarakat Indonesia memandang bahwa seorang perempuan itu adalah sosok yang harus berada di bawah laki-laki, dikarenakan banyak literatur sejarah mengenai kerajaan-kerajaan nusantara kuno yang mana rajanya adalah seorang laki-laki, sehingga dari situ mindset masyarakat Indonesia adalah seorang pemimpin itu harus laki-laki. Selain itu, faktor agama yang lebih menonjolkan seorang laki-laki dalam kepemimpinan membuat mindset dikalangan masyarakat untuk memilih laki-laki sebagai pemimpin, akan tetapi apakah harus seperti itu?

Saya rasa hal tersebut tidak berlaku di masa yang sekarang ini, masa dimana seorang perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan untuk berekspresi secara bebas dan luas, sehingga kesempatan mereka untuk dapat tampil di depan publik tidak dibatasi seperti zaman dahulu, akan tetapi di dalam masyarakat sendiri terkadang hal tersebut masih berjalan, khususnya di dunia kerja, diskriminasi terhadap perempuan masih kentara sekali di beberapa perusahaan yang memang memforsir karyawannya dalam bekerja, sehingga alasan apapun akan tetap mengharuskan dia untuk bekerja, hamil sekalipun.

Oleh karena itu, peran kita sebagai generasi muda adalah bagaimana kita menanamkan di dalam diri kita terlebih dahulu mengenai mindset kesetaraan hidup di antara manusia, sehingga dapat timbul rasa saling menghargai dan rasa memiliki di antara sesama, sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi terhadap salah satu gender, karena sejatinya kita hidup tidak dapat tanpa bantuan seorang wanita, ibu kita contoh nyatanya.

Editor: Tessa Amelia F.W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar