Senin, 27 Mei 2024

Muhammadiyah dan Gerakan Perempuan di Indonesia

 


Oleh : Siti Nurul

Kader IMM FIK 2023


    Kedudukan perempuan tidak hanya berada di rumah tangga, tapi perempuan juga sangat efektif menjadi contoh yang baik kepada orang lain, dengan berbaik hati, ramah bicara, dan berperilaku sopan. Peran perempuan juga bisa dengan menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan, diiringi berbagai rasa sukacita. perempuan memiliki kesempatan yang tepat untuk mendidik, membimbing anak maupun orang lain. Sejak dahulu, keberadaan seorang perempuan selalu turut dalam kemajuan dakwah islam. Dari pengorbanan Sumayyah, hingga peran Aishah yang sudah dijelaskan dalam beberapa hadist. hanya saja kebangkitan Islam mengalami kelemahan sebagai kategori Muslimah yang berkualitas, karena adanya pembatasan perempuan untuk berdakwah ke beberapa aktivis. Hal tersebut sangatlah disayangkan karena pada hakikatnya berdakwah adalah kewajiban bagi seluruh umat muslim. 

    Dalam kondisi tersebut muhammadiyah terus berusaha mendorong kaum perempuan untuk meningkatkan kecerdasan, baik melalui pendidikan casual maupun nonformal seperti kegiatan pengajian dan berbagai macam kursus. Kegiatan Pemberdayaan perempuan ini menjadi salah satu konsentrasi di organisasi Muhammadiyah, dimulai dari pengelolaan beberapa badan usaha organisasi otonom yang bergerak dalam ranah keperempuanan yaitu 'Aisyiyah dan Nayiatul Aiyiyah. 

    Organisasi 'Aisyiyah merupakan organisasi Muhammadiyah yang berdiri pada tanggal 19 Mei 1917, yang sudah berkembang sejak Muktamar tahun 2005 menjadi organisasi otonom khusus dari Muhammadiyah. Hal ini seluruh anggota 'Aisyiyah adalah anggota Muhammadiyah yang diberikan wewenang menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi pembantu pimpinan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang amal usaha tersebut (pasal 2, Ad/ART 'Aisyiyah, hlmn. 6). Untuk mewujudkan prinsip dan tujuan dakwahnya, organisasi Aisyiyah memiliki berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh majelis Tabligh. Majelis ini tidak hanya bergerak dalam urusan kajian Islam kontekstual, namun juga diiringi dakwah dan Sejarah berdirinya agama Islam, dengan tujuan untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, majelis Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat, mendirikan taman pengasuhan anak, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan perguruan tinggi. 

    Nayiatul Aiyiyah adalah organisasi remaja putri yang merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 28 dhulhijah 1345 hijriyah dikota Yogyakarta. gagasan didirikanya NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang master Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang otherworldly, intelektual, maupun jasmaninya. serta memperjuangkan hak wanita Indonesia. Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan seorang kepala master agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP) dengan tujuan untuk menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama. 

    Setelah lima bulan berjalan dan semakin ramai peminat, dalam perkembangannya kegiatan dan keanggotaan SP mulai dipisah berdasarkan jenis kelamin. Dengan nama Siswa Praja Pria (SPP) dan Siswa Praja Wanita (SPW). Pada tahun 1931, Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta meminta semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Dikarenakan perkembangan beberapa cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah begitu banyak. Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi’atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah. 

    Kelahiran Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi penggerak perempuan di Muhammadiyah merupakan suatu bentuk pembaharuan Islam yang merubah paradigma perempuan yang hanya di dapur, sumur, dan kasur. Pendirian Muhammadiyah telah mengilhami banyak organisasi lain setelahnya, termasuk dalam tujuan organisasi Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah. KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pendidikan dan pembinaan wanita dengan membina anak perempuan yang potensial untuk menjadi pemimpin dan dipersiapkan untuk menjadi pengurus pada organisasi Wanita di Muhammadiyah. Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah sangat berperan aktif terhadap pemberdayaan perempuan yang berpendidikan Islam dalam usaha meningkatkan kualitas guna menghadapi era modernisasi yang selalu berkembang terutama di Masyarakat.


Daftar Pustaka

Asfiah. Nurul. (2020). Gerakan Perempuan Dalam Prespektif Muhammadiyah. Jurnal.6(1). 

Diwanti, D. P., Andriyani, E., & Herawati, R. S. (2019). Pemberdayaan Perempuan Melalui Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA). NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 6(2), 194-207. 

Handayani, I. T., Rosmilawati, S., & Mambang, M. (2019). Peran Perempuan Muhammadiyah Dalam Kepemimpinan Dan Politik Di Kalimantan Tengah: Muhammadiyah Women's role in Leadership and Politics in Central Kalimantan. Pencerah Publik, 6(2), 32-42 

Rohana. (2018). Dakwah Muhammadiyah Melalui Optimalisasi Peran Perempuan dalam Dakwah Aisyiyah : Studi Kasus: Aisyiyah Ranting Kassi-Kassi Cabang Karunrung Kota Makassar. Jurnal Bimas Islam, 11(2), 301–324. https://doi.org/10.37302/jbi.v11i2.55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar