Kamis, 14 Mei 2020

Wanita

Mereka bilang, jadi wanita itu susah. Banyak aturan yang harus ditaati. Mereka bilang jadi wanita itu ribet, banyak standaritasasi yang harus terpenuhi. Mereka bilang jadi wanita itu melelahkan, harus multitalent. Nyatanya, yang berat bukanlah perkara ‘menjadi seorang wanita’ tapi ‘bagaimana seharusnya wanita’ lah yang membuat wanita menyandang predikat makhluk teribet. Pada akhirnya, semua standarisasi itu yang membuat wanita menjadi manusia yang tak pernah bersyukur. 

Standar kecantikan yang kian membumi memaksa wanita untuk memenuhinya. Mau tak mau, mereka melakukan segala cara untuk sekadar bisa dipanggil “cantik”. Wanita Indonesia—khususnya— telah lama terpaku dalam stereotip, di mana cantik adalah kamu yang berkulit putih, bertubuh langsing dan tinggi, berhidung mancung, bermata besar, dan memiliki bulu mata yang lentik. Seolah, kecantikan hanya terpaku pada penampilan fisik saja. Padahal Tuhan tidak pernah meminta wanita untuk terus menerus merombak fisiknya agar dapat dikatakan cantik. Tuhan meminta wanita untuk memeperbaiki attitude nya, memperkaya ilmunya, membuka pemikirannya, agar kelak generasi yang lahir adalah mereka yang dapat bermanfaat bukan mereka manusia toxic yang melihat segalanya dari fisik. 

Tanpa disadari, standar kecantikan menjadi momok menakutkan yang menggerus rasa percaya diri seorang wanita. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa dirinya tidak cantik hanya karena berat badannya yang tidak ideal. Banyak dari mereka yang mengaggap dirinya kurang menarik hanya karena kulit nya berwarna sawo matang. Dan tidak jarang mereka merendahkan dirinya hanya karena tidak seperti idol korea yang selalu dilihatnya. 

Insecurities yang disebabkan oleh standar kecantikan ini ada karena kita nggak pernah menerima diri kita apa adanya. Kita nggak pernah mencoba untuk mencintai diri kita sendiri. Kita nggak pernah berdamai dengan apa yang udah Tuhan anugerahkan. Kita nggak sadar kalau kita lebih dari sekadar penampilan fisik. Dengan kata lain kita nggak  punya positive body image. Sebaliknya, kita lebih sering melakukan negative body image. Negative body image yang kita punya akhirnya membuat kita memiliki negative vibes. Hal inilah yang membuat kita dengan mudahnya melakukan body shaming terhadap wanita lainnya. 

Maka dari itu, kita perlu mempertegas bahwa cantik nggak hanya untuk mereka yang berkulit putih, tapi juga untuk mereka yang berkulit kuning langsat atau sawo matang. Cantik nggak  hanya untuk mereka yang berbadan langsing dan tinggi, tapi juga untuk mereka yang berbadan gemuk dan pendek. Cantik nggak hanya untuk mereka yang berambut lurus, tapi juga untuk mereka yang berambut ikal dan keriting. Semua wanita cantik dengan caranya sendiri, selama mereka nyaman dengan dirinya sendiri. 

Untuk kamu yang membaca tulisan ini, tolong ingat, bahwa semua bunga itu cantik, mereka unik satu dengan yang lainnya. Kamu tidak akan pernah bisa membandingkan kecantikan bunga mawar dan bunga melati. Begitu pula dengan bunga matahari dan bunga sakura. Sama seperti kamu. Kamu cantik dengan kulit mu yang sawo matang, kamu cantik dengan tubuh yang kamu bilang gendut itu, kamu cantik dengan hidung mungil mu, kamu cantik dengan segala kekurangan pada tubuhmu. Jangan merendahkan dirimu, sebab kamu jauh lebih berharga dari sekadar penampilan fisikmu.


Ditulis oleh :
Zahra Almadani
Mahasiswa Fisioterapi 
Fakultas Ilmu Kesehatan 
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar