Sabtu, 02 September 2023

Implikasi Kaum Merah Dalam Triloginya

 IMPLIKASI  KAUM MERAH DALAM TRILOGINYA

Oleh    : Fathiya Nur'aini Azizah 

 

 

A.    Pendahuluan

        IMM atau Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi otonom di bawah Muhammadiyah.Organisasi ini lahir pada tanggal 14 maret 1964/29 Syawal 1384 di Yogyakarta. Sesungguhnya ada dua faktor integral yang melandasi kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat di dalam diri Muhammadiyah itu sendiri, sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang berawal dari luar muahammadiyah, khususnya umat Islam di Indonesia dan pada umumnya apa yang terjadi di Indonesia. Faktor intern, lebih dominan dalam bentuk motivasi idealisme, yaitu motif untuk untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham cita - cita Muhammadiyah. Dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketahui oleh H.A. Badawi, dengan penuh bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk Mahasiswa Muhammadiyah yang diketahui oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dengan anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief dll. Jadi pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al - kindi yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua pertama muktamar IMM ynag pertama pada 1 - 5 Mei 1965 di Kota Barat, Solo. 

 B.    Isi 

            Kelahiran IMM seringkali dikaitkan dengan rencana dibubarkan HMI oleh pemerintahan Soekarno yang mendapat sokongan dari PKI pada saat itu. Namun, Farid Fathoni, penulis buku "Kelahiran yang Dipersonalkan" menegaskan bahwa kelahiran IMM merupakan sebuah keharusan di Muhammadiyah yang merupakan kehendak sejarah. Kehadirannya sangat diharapkan menjadi sebuah regenerasi umat yang memiliki akhlak mulia dan menjadi sebuah wadah bagi mahasiswa untuk mewujudkan Islam yang sebenar - benarnya. Dari pernyataan tersebut diatas dapat kita simpulkan sebagaimana salah satu tulisan Ahmad Janan Febrianto, Instruktur DPD IMM DIY pada buku 'Tak Sekedar Merah : Memoar dan Testimoni Kader IMM' menuliskan bahwa IMM adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang merupakan sebuah wadah berkumpul berjuang untuk menggerakkan dan membina potensi mahasiswa Islam guna meningkatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai kader persyarikatan (Muhammmadiyah). IMM disebut juga gerakan mahasiswa Islam yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Adanya klasisfikasi ranah gerakan mahasiswa menunjukkan bahwasannya IMM mempunyai bergaining posisi yang jelas, disamping sebagai gerakan mahasiswa juga sebagai sebuah organisasi otonom Muhammadiyah yang secara ideologi sama dengan Muhammadiyah yaitu berakidah Islam bersumber Al - Quran dan As - Sunnah.

            Kelahiran IMM dianggap babak baru perjuangan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah), karena keinginan tersebut selalu tertunda yang barangkali tidak bisa dihindari sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara, baik dalam menghadapi kemerdekaan maupun belum tersediannya infrastruktur. Organisasi termasuk belum banyaknya Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Adanya PTM sebagai ladang Muhammadiyah dalam bidang pendidikan yang tentunya membutuhkan kader yang mampu memberikan angin segar Muhammadiyah terhadap masyarakat kampus sebagai kaum intelektual: Keberadaan mahasiswa yang berada pada kelas menengah dan tercerahkan secara pemikiran, membutuhkan pola pendekatan yang lebih berbeda dari masyarakat awam pada umunya. Maka dari sinilah pentingnya kelahiran IMM, sebagai martir gerakan Muhammadiyah di kalangan kampus. Terlepas dari beberapa kalangan yang mengaitkan kelahiran IMM sebagai 'wadah penampung HMI' yang hendak dibubarkan, sebagaimana yang telah terjadi pada Partai Masyumi, jika ditinjau lebih dalam hal ini tak ada kaitannya sama sekali. Sebab Muhammadiyah memang membutuhkan "organisasi kader" yang mampu memberikan nafas dakwah Muhammadiyah di kalangan mahasiswa. Ditambah lagi dengan semakin menjamurnya keberadaan PTM saat ini, sehingga kelahiran dan keberadaan IMM bukan hanya sebagai kehendak sejarah melainkan pula keniscayaan dalam tubuh persyaratan Muhammadiyah.

         Adanya keinginan Muhammadiyah membentuk perguruan tinggi pada Muktamar 1936 dan Muktamar Pemuda Muhammadiyah 1956 juga diiringi dengan keinginan menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam satu wadah organisasi, tentu saja hal ini, hanya bisa terwujud dengan membentuk organisasi otonom Muhammadiyah. Sebagai tidak lanjut yang lebih progresif PP. Muhammadiyah membentuk Departemen Kemahasiswaan yang kemudian menjadi ihwal dari terbentuknya IMM. Jadi, membaca kelahiran IMM, tidak saja pada saat dideklarasikan kelahiran, apalagi gagasan kelahiran IMM tersebut sudah terlahir jauh sebelum desas - desus dibubarkan HMI. 

        Kelahiran IMM sangat erat kaitannya dengan enam penegasan IMM. Enam penegasan menjadi identitas yang selalu melekat erat pada tubuh organisasi dan kader IMM. Kelekatan tersebut dimulai sejak dideklarasikan pada saat Muktamar IMM di Kota Barat Solo, yang kemudian dikenal sebagai 'Deklarasikan Kota Barat'. Isi dari enam penegasan tersebut:

1. IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam

2. Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM

3. Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan dinamisator).

4.  Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM

5. IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan segala hukum, undang - undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku.

6. Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa 

    Keberadaan enam penegasan ini harus senantiasa dijadikan pedoman dalam gerakan IMM dalam segala sektor agar cita - cita mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah dapat terwujud secara kolektif dalam tubuh organisasi dan kader IMM. Sebab yang menjadi pembeda IMM dengan organisasi lainnya adalah karena IMM merupakan sebuah gerakan mahasiswa Islam yang prinsip, gerakan dan kepribadiannya berlandaskan gerakan persyarikatan Muhammadiyah. 

    Pentingnya menyadari hakikat enam penegasan menjadi sangat penting. Karena ia sangat berkaitan dengan kepribadian IMM itu sendiri. Enam penegasan ini yang juga melahirkan trilogi IMM yakni, religiustas (keagamaan), intelektualitas (kemahasiswaan) dan humanitas (kemasyarakatan) yang harus dipakai tidak secara aspek nilai, melainkan juga dengan gerakannya. Enam penegasan harus menjadi basis perjuanagan IMM. Tidak secara secara konstitusional dalam tubuh organisasi, melainkan juga sebagai secara kolektif dalam diri kader. Sehingga segala bentuk gerakan IMM bisa dipahami secara menyeluruh dan mampu memberi efek perubahan yang positif bik dalam organisasi IMM, Muhammadiyah maupun umat. Adanya penafsiran dan koneksitas ilmu pengetahuan dalam gerakan IMM juga tidak kalah pentingnya agar budaya ilmu amaliyah dan amal ilmiah senantiasa terpelihara dan menjadi budaya serta gerakan kolektif dalam tubu IMM. 

        Berbicara mengenai trilogi, akan ada kesinambungan dengan Tri Kompetensi Dasar. Secara tidak langsung, Trilogi IMM merupakan sifat yang tersemat arau yang harus ada pada diri kader. Sedangkan Tri Kompetensi Dasar merupakan bentuk pengejawentahan dari Trilogi. Karena ada tiga kompetensi dasar yang harus diinternalisasikan ke dalam diri kader - kader IMM melalui trilogi, religiusitas menjadi keagamaan, intelektualitas menjadi kemahasiswaan dan humanitas menjadi kemanusiaan. Dan hal ini sudah barang tentu bukan hanya tulisan, sebuah pajangan, maupun pengikraran secara lisan, namun dibutuhkan aksi nyata dalam perbuatan.

  1. Keagamaan sebagai Trilogi dari Religiusitas
  2. Kemahasiswaan sebagai Trilogi dari Intelektualitas
  3.  Kemasyrakatan sebagai Trilogi dari Humanitas

C.    Penutup

        Akhir kata, seideal apaun konsep yang kita create untuk progresifitas IMM, tidak akan berarti apaun tanpa komitmen yang kuat hatiku mewujudkannya. Mudah mengatakan, tapi sulit melakukan bukan? Semangat menebar kebaikan! Kalau bukan kamu siapa lagi?! Kalau bukan dimulai dari diri sendiri, darimana lagi?!

 

Daftar Pustaka  

Ginting, N., Pradesyah. R., Amini, A., & Panggabean, H. S. (2021). Memperkuat Nalar Teologi Islam                     Moderat Dalam Menyikapi Pandemi Covid - 19 Di Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah                 Bandar Pulau Pekan. Martabe: Jurnal Pengabdian Kepada Mayrakat, 4(1), 30 - 40. 

Makrus, Cak. (Eds). (2013). Tak Sekadar Merah, Sebuah Memoar dan Testimoni Kader IMM. Yogyakarta             : Rangkang Education.

Sedyo, Halim. (Eds). (2014). Genealogi Kaum Merah : Pemikiran dan Gerakan Yogyakarta : Rangkang                 Education.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar