Minggu, 03 September 2023

Membangun Sikap dan Semangat Inklusifisme Menuju IMM Kolaboratif dalam Menjawab Tantangan Zaman

  Membangun Sikap dan Semangat Inklusifisme Menuju IMM Kolaboratif dalam Menjawab Tantangan Zaman

Disusun Oleh    : Rabiatul Adawiya

 

PENDAHULUAN  

    Di era sekarang ini sangat penting bagi kita untuk menggelorakan semangat inklusifisme dan mempunyai sifat inklusif, karena sadar atau tidak sadar mulai munculnya gejala ekskusivisme ditengah tengah masyarakat, tidak terkecuali di kalangan anak muda. Contoh sederhananya adalah munculnya circle - circle pertemanan yang mereka hanya mau berteman dengan orang yang dianggap kaya, keren, atau orang menduduki status sosial tinggi, hal ini lah yang nantinya akan menyebabkan kecemburuan sosial. Gejala eksklusivisme juga mempunyai dampak negatif yang salah satunya adalah dapat memecah belah persatuan. Maka dari itu pentingnya memiliki sifat inklusif adalah untuk mencegah terjadinya suatu perpecahan, dan mencegah dampak negatif lain dari adanya eksklusivitas. Sifat inklusif juga akan mempermudah kita dalam menjalin hubungan dan kerjasama yang baik bersama kelompok lain dengan segala perbedaan yang ada. Dengan kata lain kita dapat menghancurkan tembok perbedaan antar kelompok untuk berkolaborasi mewujudkan tujuan besar yang dicita - citakan bersama.  

    Lalu bagaimana kita dapat menerapkan sikap inklusif ini dalam ber - IMM? Belum lagi sejatinya IMM melahirkan untuk menjawab tantangan zaman dan sebagai wadah peningkatan intelektual mahasiswa. Dengan fenomena yang ada saat ini Indonesia berada dipusaran revolusi 4.0 yang akan menjelang tantangan dan zaman baru society 5.0. pengguliran zaman ini akan menjadi persoalan fundamental bagi kader - kader IMM agar bersiap melakukan gerakan perubahan, demi menyambut era societary 5.0. Untuk itu para kader IMM perlu mengobarkan semangat dan dedikasi yang tinggi dalam memberikan ide dan gagasan untuk merealisasikan Tri kompetensi dasar IMM agar tetap eksis menuju era society 5.0. 


PEMBAHASAN

    Sebelum membahas lebih lanjut perlu kita ketahui bersama apakah itu sikap inklusif. Sikap inklusif adalah sikap keterbukaan seseorang atau kelompok pada toleransi, menerima segala perbedaan serta dapat berinteraksi dengan keragaman budaya yang ada. Dengan kata lain, sikap ini memiliki arti menginginkan kebersamaan, meskipun mengakui adanya perbedaan. Sikap ini lah yang nantinya akan menumbuhkan rasa kebersamaan, gotong royong dan bahu membahu antar kelompok masyarakat. 

    Selain pentig bagi kita memiliki sikap inklusif ini, kita juga perlu menularkan sikap ini kepada orang lain agar didalam diri mereka juga tertahan sikap inklusif. Lantas bagaimana caranya? Pertama, terapkan sikap inklusif ke kehidupan sehari hari dan jadilah panutan yang baik. Ketika kita berbuat baik tidak dipungkiri akan ada pula orang yang terpengaruh terhadap perbuatan baik kita, lalu dia juga akan mengikuti apa yang kita lakukan. Walaupun tidak semua orang dapat terpengaruh oleh perbuatan kita itu, namun setidaknya kita telah berhasil menarik segelintir orang untuk berbuat demikian. Kemudian jika segelintir orang tersebut menerapkan dikehidupan sehari harinya, kemungkinan orang lain juga akan bisa tertular oleh sikapnya itu. Yang kedua, sesekali ajak lah diskusi mengenai perbedaan dan persamaan yang terlihat dilingkungan sekitar. Ketika diskusi itu berlangsung buat lah orang tersebut tidak membenci perbedaan yang ada melainkan fokus lah pada apa yang bisa kita lakukan bersama dari adanya perbedaan dan keragaman itu untuk mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Kemudian yang terakhir, jangan terlalu fanatik dengan kelompok. Di era sebelum kemerdekaan Indonesia sulit sekali bagi kita untuk mencapai kata "Merdeka" karen tidak adanya persatuan, masing - masing individu berjuang untuk daerah mereka sendiri. Sma halnya dengan saat ini, jika terlalu fanatik dengan satu kelompok tertentu maka kita hanya akan fokus dan mementingkan kelompok itu. Padahal ada hal yang lebih besar kita dapatkan jika itu bersatu dan berkolaborasi. 

    Nah dari adanya sifat inklusif ini dapat melahirkan kata kolaborasi, karena orang yang memiliki sifat inklusif sejatinya suka bergotong roying dan bahu membahu. Sifat inklusif ini perlu diterapkan dalam ber-IMM, apalagi sejatinya IMM dilahirkan untuk menjawab tatangan zaman dimana diperlukan ketrampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Fenomena saat ini Indonesia berada di pusaran revolusi industri 4.0 dimana era penerapan terknologi modern yang bekerja disetiap aktivitas ekonomi dari produksi hingga konsumsi. Ketua Umum DPP IMM, Najih Prastiyo mengatakan, kekuatan pertama yang harusdimiliki oleh kader IMM adalah kemampuan unggul dalam segi penugasan teknologi. Menurut dia, harus diakui saat ini kader IMM masih lemah dalam penuguasaan teknologi. Buktinya, Go-jek atau Alibaba misalnya, bukanlah hasil karya anak - anak IMM. Lalu bagaimana kader IMM bisa menguasai teknologi masa kini? Selain memperdalam intelektual dibidang tersebut, IMM juga perlu berkolaborasi dan mempunyai partner yang mempuni dibidang IT intuk dapat memperkuat dan mengektualitasikan niatnya dalam menguasai teknologi.

    Kemudian kekutan kedua yang harus dimiliki kader IMM dalah kemampuan di bidang entrepreneurship. Dalam dunia bisnis, berkompetensi adalah hal yang wajar. Bersaing dan beradu kecepatan untuk membuktikan sipa yang paling terdepan adalah suatu keharusan . Namun, tidak berarti tanpa kompetensi, seorang [elaku usaha tidak bisa menggapai kesuksesan. Bagaiamana jika kita putar pola pikir kita. Mengubah kompetensi menjadi kolaborasi, mengubah persaingan menjadi kerja sama untuk mencapai tujuan. Saat ini, sudah banyak usaha berhasil meraih kesuksesan lewat kolaborasi. Contoh saja Oreo x Supreme yang beberapa waktu lalu ramai diperbicangkan masyarakat. Selian itu ada juga kolaborasi antaa samsung dan BTS yang kabrnya berhasil menjual habis produknya dalam waktu kuranf dari 1 jam setelah pre-order resmi dibuka di Korea Selatan. Contoh - contoh diatas bisa kita jadikan bukti bahwa pengaruh kolaborasi sangat kuat jika diterapkan didunia bisnis.

     Belum lama larut dalam euforia industri 4.0, kita sudah mendengar istilah Society 5.0 yang artinya integrasi melalui duni maya ke dunia nyata berbasis teknologi. Dimana dalam mempersiapkan era society 5.0 ini intelektualitas sangat dikedepankan, kita dituntut agar memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir maju, kritis, kreatif dan berinovasi baru. Untuk merespon hal ini dilakukan kolaborasi antara dunia industri, akademis dan masyarakt untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan. maka dari itu hal utama yang perlu dipersiapkan para kader IMM dalam menjawab tantangan zaman adalah meningkatkan kualitas dirinya sendiri, baik dalam hal sikap, intelektual, dan ketaatan Allah. 


PENUTUP

    Inklusifisme merupakan fitnah yang telah dititipkan oleh tuhan kepada setiap manusia agar dapat membangun, kerukunan, kebersamaaan, dan keadilan. Untuk itu semestinya dalam diri kader IMM pun sudah tertanam sikap inklusif, kta hanya perlu menerapkan sikap tersebut dalam ber-IMM juga dalam bermasyarakat. Dan kita semua tahu tidak mudah bagi kader IMM untuk menghadapi tantangan zaman, selain diperlukan sikap inklusif dan beberapa skill yang nantinya akan diterapkan kita juga harus tetap berpegang pada Tri kompetensi dasar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejauh ini semakin tidak terkontrol, terbukti dengan semakin maraknya pekerjaan manusia yang disabotase oleh mesin maupun teknologi canggih lainnya. Maka tidak menutup kemungkinan suatu saat manusia akan kehilangan nilai sosial dan ruh gotong royong yang seharusnya menjadi ikon peradaban bangsa Indonesia. Dan hal itu bisa saja merongsong sistem kolektifitas IMM, dan bisa mengakibatkan lumpuhnya pergerakan hingga mematikan nilai fastabiqul khoirot. Maka sebenarnya tantangan internal IMM di era society 5.0 adalah Tri kompetensi dasar itu sendiri, mengingat rumusan - rumusan yang ada didalam Tri kompetensi dasar sudah menjadi kebutuhan utama peradaban umat manusia dari masa ke masa, maka Tri kompetensi dasar IMM hari ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menghadapi era society 5.0 ini.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. W. (2004, Febuari). Menuju Indonesia Maju yang Inklusif.

Rompies, J. K. (2021, November). 5 Cara Menanamkan Sikap Inklusif pada Anak Sejak Usia Muda.

Official, D. (2021, April). Peran IMM Menjawab Tantangan Zaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar