Kamis, 29 April 2021

 

PEREMPUAN MASA KINI

 

Di era serba ada seperti saat ini, rasa-rasanya hampir tidak ada hal yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang, tak terkecuali perempuan. Perempuan masa kini sudah jauh berbeda dibanding yang dulu. Saat ini,  gerak perempuan sudah lebih dinamis, pergerakan perempuan juga beragam dan dapat kita rasakan manfaatnya dimana-mana. Namun apakah perubahan ini sudah cukup, terutama di Indonesia?

Menurut saya, perubahan ini masih belum cukup. Dalam beberapa kasus perempuan masih sering menjadi bulan-bulanan dan mendapatkan perlakuan yang jauh berbeda dibanding laki-laki. Contohnya dalam kasus perselingkuhan. Kebanyakan orang akan menuding pelakor yang dianggap tak punya hati dan terkadang para pelakor juga mendapatkan tindakan tak terhormat seperti dipersekusi. Sedangkan si pelakon utamanya, yaitu sang suami, paling-paling hanya akan dimarahi si istri, yang kemudian akan dimaafkan dan dilupakan begitu saja. Selingkuh bagi pria dianggap perilaku lumrah dan normal yang merupakan cobaan bagi istri dan harus dimaafkan, sedangkan istri dituntut setia seumur hidupnya. Bukan berarti saya membenarkan tindakan perselingkuhan, tapi bukankah perselingkuhan bisa terjadi atas kehendak keduanya? Tapi mengapa hanya pihak perempuan yang mendapat perilaku tak pantas? Contoh lainnya adalah kasus pemerkosaan, yang akhir-akhir ini, entah mengapa, sering sekali terjadi. Masih ada orang-orang akan menyalahkan korban, yang memakai pakaian yang dinilai kurang pantas, atau korban yang keluar malam-malam, seakan-akan, orang yang berpakaian minim atau yang keluar malam-malam itu pantas dan minta diperkosa. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang menurut saya perlu diubah. Mengajarkan sopan santun dalam berperilaku dan berpakaian tidak hanya diajarkan pada perempuan, tapi pada laki-laki juga. Perbuatan pelecehan seksual atau perselingkuhan bukanlah hal yang normal, tapi merupakan suatu kejahatan yang nyata dan tak pantas.

Diluar ketimpangan yang saya ungkapkan diatas, sebenarnya sebagai perempuan kita juga patut bangga atas prestasi-prestasi yang dapat dicapai perempuan. Tidak melulu tentang macak-masak-manak, perempuan saat ini sudah banyak berkiprah dan berkontribusi dalam berbagai faktor. Contohnya adalah superhero kita di masa pandemi ini, yaitu Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) yang sudah sangat sering kita lihat di televisi sebagai salah satu pakar COVID-19. Kemudian ada juga Prof. Dr. dr. Herawati Sudoyo, M.S, penerima Habibie Award atas terobosannya di bidang biologi molekuler, yang turut serta meneliti vaksin COVID-19 dan masih banyak contoh yang lainnya, bahkan bisa jadi kitalah yang nantinya mengikuti jejak-jejak tokoh-tokoh tersebut di jalur yang kita pilih sendiri.

Terakhir, menurut saya mengkotak-kotakkan sesuatu berdasarkan jenis kelamin hanyalah omong kosong. Baik pria maupun wanita seharusnya mendapat hak dan kewajiban yang sama yang tentunya tetap mengacu kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Stereotype perempuan selalu lemah, cengeng dan tak berdaya harus dihapuskan, begitu juga dengan stereotype pria selalu kuat dan tidak cengeng. Baik laki-laki ataupun perempuan, kaya ataupun miskin, tampan ataupun cantik, wajib dimanusiakan dan memanusiakan lainnya.

 

Oleh :

Hilwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar